''Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, dan mereka yang saling mengingatkan tentang kebenaran dan saling mengingatkan tentang kesabaran.'' (QS Al-Ashr [103]: 1-3).
Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk sosial dan ditugaskan sebagai khalifah di muka bumi. Karena itu, secara naluriah, setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup bermasyarakat.
Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang manusia senantiasa bergantung pada manusia yang lain (zon politicon). Hal ini mengharuskan setiap orang untuk bahu-membahu mewujudkan kebutuhan masing-masing secara kolektif.
Juga mewujudkan kesejahteraan bersama serta menciptakan harmoni sosial. Harmoni sosial menjadi sangat penting karena selain menjadi tujuan, ia pun menjadi landasan bagi lancarnya aktivitas sosial yang lain.
Agar terjalin hubungan yang harmonis, setiap individu harus menghargai peran dan fungsi masing-masing, taat pada nilai-nilai hukum yang berlaku (agama, adat istiadat, dan perundang-undangan), dan tidak melakukan pelecehan hak asasi manusia (HAM).
Setiap tindakan yang menegasikan nilai-nilai tersebut, merupakan perilaku antisosial yang mengancam ketenangan dan ketenteraman masyarakat. Apabila terjadi penyimpangan, masyarakat harus berani melakukan kritik untuk meluruskannya.
Setiap manusia tidak akan terlepas dari kesalahan yang disengaja maupun tidak. Karena itu, selain sikap toleransi, sikap kritis pun harus dibangun sebagai upaya kontrol saling mengingatkan demi kepentingan bersama.
Surat Al-Ashr di atas menegaskan bahwa saling mengingatkan adalah upaya dakwah yang menjadi kewajiban setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila manusia tidak saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran, baik mengenai urusan duniawi maupun ukhrawi, manusia akan mengalami kerugian.
Dalam kitab tafsir Munir ditegaskan bahwa kebenaran dalam ayat tersebut mencakup pada upaya mempertahankan keyakinan dan ketakwaan. Untuk memperkuat ketakwaan, seorang Muslim tidak hanya dituntut melakukan ibadah ritual, tapi juga menegakkan keadilan sosial adalah sebuah upaya menegakkan ketakwaan.
Allah SWT berfirman, ''Berlaku adillah, sesungguhnya adil itu lebih dekat dengan takwa.'' (QS Almaidah [5]: 8). Wallahu a'lam bis-sawab.
0 comments:
Post a Comment