Pages

Sunday, April 7, 2013

Keteguhan Hati

 
Kunci sukses ada di dalam hati. sukses di dunia dan di akhirat. Hati adalah sumber akhlaq, tingkah laku, cara berpikir, perasaan, dan tentu saja tempat iman dan taqwa. Dalam meraih sukses, maka langkah pertamanya ialah memperbaiki hati dan teguh dalam kondisi hati yang baik. Memang tidak mudah menjaga  keteguhan hati. Dan, salah satu cara untuk menjaganya ialah dengan memohon kepada Sang Pemilik hati kita.
Bahkan Rasulullah saw pun, selalu berdo'a agar hati beliau tetap teguh. Dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Abu Syaibah, Aisya ra., berkata, "Nabi SAW sering berdoa dengan mengatakan, "Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk selalu taat kepada-Mu. Aku pernah bertanya, "Ya Rasulullah, kenapa Anda sering berdoa dengan menggunakan doa seperti itu? Apakah Anda sedang marasa ketakutan? Beliau menjawab, "Tidak ada yang membuatku merasa aman, hai Aisyah. Hati seluruh hamba ini berada di antara dua jari Allah Yang Maha Memaksa. Jika mau membalikkan hati seorang hamba-Nya, Allah tinggal membalikkannya begitu saja."

Keteguhan hati adalah sifat penting seorang beriman. Orang beriman tidak pernah kehilangan antusiasme dan kesetiaan. Orang beriman berjuang hanya untuk memperoleh keridhaan Allah. Itulah sebabnya tidak satu halpun yang dapat menghalangi usaha mereka. Seorang beriman tidak akan pernah peduli dengan apa yang orang lain katakan tentang mereka. Tujuan utama mereka hanyalah menjadi orang yang pantas menerima anugrah Tuhan dan menjalani hidupnya sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Tuhan.

Allah menguji ketetapan hati orang beriman dengan banyak cara; di antaranya memberi mereka permasalahan pada waktu-waktu tertentu atau membuat mereka mengalami penderitaan. Rincian dari ujian yang diberikan diterangkan pada ayat berikut:

"Dan sesungguhnya kami akan mengujimu dengan sesuatu cobaan, seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Namun gembirakanlah orang-orang yang sabar."
(Al-Baqarah : 155)

Kendatipun diuji, seorang mukmin dengan komitmen total tetap bersabar dalam keadaan sesulit apapun. Allah memuji sifat tersebut pada ayat di bawah ini:

"Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".

 (Ali Imran : 146-147)

Sebaliknya, komitmen yang rendah bukanlah ciri orang beriman.
"Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya." (At-Taubah : 45)

Disamping kemiskinan, kekayaan juga dapat mengguncang keteguhan hati seseorang. Kekayaan mengurangi kegembiraan kebanyakan orang. Menjadi kurang ajar dan berpaling dari Allah setelah menerima anugrahnya adalah sifat orang kafir. Allah menjelaskannya pada ayat di bawah ini:

"Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa."  (Yunus : 12)

Akan tetapi bagi orang-orang yang beriman, kemakmuran, kekayaan, dan kekuasaan, tidak pernah merubah sikap mereka. Mereka sadar betul bahwa semua anugrah diberikan oleh Allah dan dapat dicabut sewaktu-waktu. Karenanya mereka tidak pernah terlarut pada kegembiraan yang berlebihan

Percaya akan hidup sesudah mati dan berjuang sepenuh hati untuk meraihnya serta menghindari hal-hal yang berlebihan dalam urusan keseharian, adalah tanda-tanda keteguhan yang ditunjukkan oleh orang beriman. Mereka yang berjuang sekuat tenaga digambarkan di dalam Al-Qur'an.

"Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik." (Al-Isra : 19)

Tidak pernah merasa lemah dan berdukacita adalah perintah Allah:
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." 

(Al-Imran : 139)

Karenanya keteguhan merupakan sifat penting yang harus dimiliki orang beriman. 
"Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu." Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta." (At-Taubah :  42),

Gagal mencapai keteguhan. Namun orang-orang yang beriman senantiasa menunjukkan keteguhan yang tidak pernah berubah sampai ajal menjemput:

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)." (Al Ahzab : 23)


Akhirnya tak seorangpun dari mereka yang berubah pendirian prasetianya Di antara para tokoh sahabat Nabi ada yang menyatakan prasetianya untuk berjuang sampai gugur sebagai Pahlawan (Syahid), masing-masing ialah: Usman, Thalha, Said bin Yazid, Hamzah, Mush'ab bin Umair, dan lain-lain.

Sebaliknya orang munafik menunjukkan kelakuan dan sikap yang tidak konsisten dan berubah-ubah mengikuti orang yang mereka gauli. Ketika orang beriman menang, orang munafik ingin berbagi kesuksesan. Namun ketika orang beriman mendapat kesulitan, mereka menjauh. Hal ini merupakan tanda jelas dari kemunafikan alami mereka.

Ashabul Kahfi yang diberi keberanian oleh Allah "Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran." Al-Kahfi : 14

 "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik" (Al Ahqaaf : 35)

Memberi contoh terbaik untuk orang-orang beriman mengenai keteguhan. Penganutan yang terus-menerus juga merupakan sebuah konsistensi. Hanya kematian yang dapat mengakhiri keteguhan orang beriman. Seorang beriman harus bersabar dan memenuhi ikrarnya kepada Allah sampai ajal menjemput.

Inilah kunci sukses. Saat hati kita sedang semangat, maka mintalah kepada Allah untuk meneguhkan hati kita agar tetap semangat. Semangat akan menghasilkan tindakan luar biasa dan tindakan luar biasa akan menghasilkan sukses luar biasa. Semua berawal dari hati, dan Allah yang membolak-balikkan hati kita, maka berdo'a dan berusahalah.

Mempertahankan keteguhan hati tentu saja diperlukan kemampuan seseorang untuk menjaga kejernihan hatinya. Dengan kejernihan hati, suara hati nurani akan muncul kepermukaan dan menjadi pembimbing dalam setiap langkah kehidupan. Dalam buku "Heart Revolution, Revolusi Hati Nurani Menuju Kehidupan Penuh Potensi", karya Eko Jalu Santoso yang diterbitkan Elex Media Komputindo, setidaknya ada tujuh langkah dalam usaha menjaga kejernihan hati. Diantaranya adalah, menetapkan nilai hidup sesuai suara hati, menjauhi prasangka negatif, menempatkan sudut pandang dari hati, menghindari pengaruh lingkungan negative, membebaskan pikiran dari pengalaman negative, melepaskan energi positif kebaikan dan memusatkan hati kepada Allah.

Sahabat, saatnya untuk kembali pada hati nurani. Bukan hanya mengandalkan kekuatan otak dan pikiran semata, tetapi berusaha mengandalkan kekuatan keteguhan hati. Jadikanlah suara hati nurani Anda sebagai pembimbing dalam setiap langkah kehidupan, agar rahmat dan berkah dari Allah senantiasa mengalir dan memberikan yang terindah untuk hati, perasaan dan seluruh diri kita.

1 comments:

Unknown said...

seharusnya disertai dalil Alquran

Post a Comment