Pages

Friday, July 12, 2013

Syekh Subakir, Babad Tanah Jawa

Syekh Subakir, sangat berjasa dalam menumbali tanah Jawa, ”Dalam legenda yang beredar di Pulau Jawa dikisahkan, Sudah beberapa kali utusan dari Negeri Arab, untuk menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya tapi telah gagal secara makro. Disebabkan orang-orang Jawa pada waktu itu masih kokoh memegang kepercayaan lama. Dengan tokoh-tokoh gaibnya masih sangat menguasai bumi dan laut di sekitar P Jawa. Para ulama yang dikirim untuk menyebarkan Agama Islam mendapat halangan yang sangat berat, meskipun berkembang tetapi hanya dalam lingkungan yang kecil, tidak bisa berkembang secara luas. Secara makro dapat dikatakan gagal. Maka diutuslah Syekh Subakir untuk menyebarkan agama Islam dengan membawa batu hitam yang dipasang oleh Syekh Subakir di seantero Nusantara, untuk tanah Jawa diletakkan di tengah-tengahnya yaitu di gunung Tidar . Efek dari kekuatan gaib suci yang dimunculkan oleh batu hitam menimbulkan gejolak, mengamuklah para mahluk : Jin, setan dan mahluk halus lainnya. Syekh Subakir lah yang mampu meredam amukan dari mereka. Akan tetapi mereka sesumbar dengan berkata: “ Walaupun kamu sudah mampu meredam amukan kami, kamu dapat mengembangkan agama Islam di tanah Jawa, tetapi Kodratullah tetap masih berlaku atas ku, ingat itu wahai Syeh Subakir.” “Apa itu?” kata Syekh Subakir. Kata Jin, “Aku masih dibolehkan untuk menggoda manusia, termasuk orang-orang Islam yang imannya masih lemah”.

Syekh Subakir berasal dari Iran ( dalam riwayat lain Syekh Subakir berasal dari Rum). Syekh Subakir diutus ke Tanah Jawa bersama-sama dengan Wali Songo Periode Pertama, yang  diutus oleh  Sultan Muhammad I dari Istambul, Turkey,  untuk berdakwah di  pulau Jawa pada tahun 1404,  mereka  diantaranya:

1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.

2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.

3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.

4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.

5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.

6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.

7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.

8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.

9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli menumbali daerah yang angker yang dihuni jin jahat.

Monday, May 20, 2013

Apa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ?




Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) dianggap sekedar dalam masalah khilafiyah Furu’iyah, seperti perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah, antara Madzhab Safi’i dengan Madzhab Maliki.
Karenanya dengan adanya ribut-ribut masalah Sunni dengan Syiah, mereka berpendapat agar perbedaan pendapat tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Selanjutnya mereka berharap, apabila antara NU dengan Muhammadiyah sekarang bisa diadakan pendekatan-pendekatan demi Ukhuwah Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah dan Sunni tidak dilakukan ?.
Oleh karena itu, disaat Muslimin bangun melawan serangan Syiah, mereka menjadi penonton dan tidak ikut berkiprah.
Apa yang mereka harapkan tersebut, tidak lain dikarenakan minimnya pengetahuan mereka mengenai aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sehingga apa yang mereka sampaikan hanya terbatas pada apa yang mereka ketahui.
Semua itu dikarenakan kurangnya informasi pada mereka, akan hakikat ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Disamping kebiasaan berkomentar, sebelum memahami persoalan yang sebenarnya.
Sedangkan apa yang mereka kuasai, hanya bersumber dari tokoh-tokoh Syiah yang sering berkata bahwa perbedaan Sunni dengan Syiah seperti perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzahab Syafi’i.
Padahal perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzhab Syafi’i, hanya dalam masalah Furu’iyah saja. Sedang perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah), maka perbedaan-perbedaannya disamping dalam Furuu’ juga dalam Ushuul.
Rukun Iman mereka berbeda dengan rukun Iman kita, rukun Islamnya juga berbeda, begitu pula kitab-kitab hadistnya juga berbeda, bahkan sesuai pengakuan sebagian besar ulama-ulama Syiah, bahwa Al-Qur'an mereka juga berbeda dengan Al-Qur'an kita (Ahlussunnah).
Apabila ada dari ulama mereka yang pura-pura (taqiyah) mengatakan bahwa Al-Qur'annya sama, maka dalam menafsirkan ayat-ayatnya sangat berbeda dan berlainan.
Sehingga tepatlah apabila ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah mengatakan : Bahwa Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) adalah satu agama tersendiri.
Melihat pentingnya persoalan tersebut, maka di bawah ini kami nukilkan sebagian dari perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dengan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah).

1.      Ahlussunnah         : Rukun Islam kita ada 5 (lima)
a)      Syahadatain
b)      As-Sholah
c)      As-Shoum
d)      Az-Zakah
e)      Al-Haj
Syiah                     : Rukun Islam Syiah juga ada 5 (lima) tapi berbeda:
a)      As-Sholah
b)      As-Shoum
c)      Az-Zakah
d)      Al-Haj
e)      Al wilayah

2.      Ahlussunnah         : Rukun Iman ada 6 (enam) :
a)      Iman kepada Allah
b)      Iman kepada Malaikat-malaikat Nya
c)      Iman kepada Kitab-kitab Nya
d)      Iman kepada Rasul Nya
e)      Iman kepada Yaumil Akhir / hari kiamat
f)       Iman kepada Qadar, baik-buruknya dari Allah.
Syiah                     : Rukun Iman Syiah ada 5 (lima)*
a)      At-Tauhid
b)      An Nubuwwah
c)      Al Imamah
d)      Al Adlu
e)      Al Ma’ad

3.      Ahlussunnah         : Dua kalimat syahadat
Syiah                     : Tiga kalimat syahadat, disamping Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, masih ditambah dengan menyebut dua belas imam-imam mereka.

4.      Ahlussunnah         : Percaya kepada imam-imam tidak termasuk rukun iman. Adapun jumlah imam-imam Ahlussunnah tidak terbatas. Selalu timbul imam-imam, sampai hari kiamat.
Karenanya membatasi imam-imam hanya dua belas (12) atau jumlah tertentu, tidak dibenarkan.
Syiah                     :  Percaya kepada dua belas imam-imam mereka, termasuk rukun iman. Karenanya orang-orang yang tidak beriman kepada dua belas imam-imam mereka (seperti orang-orang Sunni), maka menurut ajaran Syiah dianggap kafir dan akan masuk neraka.

5.      Ahlussunnah         : Khulafaurrosyidin yang diakui (sah) adalah :
a)      Abu Bakar
b)      Umar
c)      Utsman
d)      Ali Radhiallahu anhum
Syiah                     : Ketiga Khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman) tidak diakui oleh Syiah. Karena dianggap telah merampas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (padahal Imam Ali sendiri membai'at dan mengakui kekhalifahan mereka). 




6.      Ahlussunnah         : Khalifah (Imam) adalah manusia biasa, yang tidak mempunyai sifat Ma’shum.
Berarti mereka dapat berbuat salah/ dosa/ lupa. Karena sifat Ma’shum, hanya dimiliki oleh para Nabi.
Syiah                     : Para imam yang jumlahnya dua belas tersebut mempunyai sifat Ma'’hum, seperti para Nabi.

7.      Ahlussunnah         : Dilarang mencaci-maki para sahabat.
Syiah                     : Mencaci-maki para sahabat tidak apa-apa bahkan Syiah berkeyakinan, bahwa para sahabat setelah Rasulullah SAW wafat, mereka menjadi murtad dan tinggal beberapa orang saja. Alasannya karena para sahabat membai'at  Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah.

8.      Ahlussunnah         :  Siti Aisyah istri Rasulullah sangat dihormati dan dicintai. Beliau adalah Ummul Mu’minin.
Syiah                     : Siti Aisyah dicaci-maki, difitnah, bahkan dikafirkan.

9.      Ahlussunnah         : Kitab-kitab hadits yang dipakai sandaran dan rujukan Ahlussunnah adalah Kutubussittah :
a)      Bukhari
b)      Muslim
c)      Abu Daud
d)      Turmudzi
e)      Ibnu Majah
f)       An Nasa’i
(kitab-kitab tersebut beredar dimana-mana dan dibaca oleh kaum Muslimin sedunia).
Syiah                     : Kitab-kitab Syiah ada empat :
a)      Al Kaafi
b)      Al Istibshor
c)      Man Laa Yah Dhuruhu Al Faqih
d)      Att Tahdziib
(Kitab-kitab tersebut tidak beredar, sebab kebohongannya takut diketahui oleh pengikut-pengikut Syiah). 

10.  Ahlussunnah         : Al-Qur'an tetap orisinil
Syiah                     : Al-Qur'an yang ada sekarang ini menurut pengakuan ulama Syiah tidak orisinil. Sudah dirubah oleh para sahabat (dikurangi dan ditambah).

11.  Ahlussunnah         : Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Syiah                     : Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam Ali, walaupun orang tersebut tidak taat kepada Rasulullah.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang memusuhi Imam Ali, walaupun orang tersebut taat kepada Rasulullah.

12.  Ahlussunnah         : Aqidah Raj’Ah tidak ada dalam ajaran Ahlussunnah. Raj’ah adalah besok diakhir zaman sebelum kiamat, manusia akan hidup kembali. Dimana saat itu Ahlul Bait akan balas dendam kepada musuh-musuhnya.
Syiah                     : Raj’ah adalah salah satu aqidah Syiah. Dimana diceritakan : bahwa nanti diakhir zaman, Imam Mahdi akan keluar dari persembunyiannya. Kemudian dia pergi ke Madinah untuk membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah serta Ahlul Bait yang lain.
Setelah mereka semuanya bai'at kepadanya, diapun selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah. Kemudian ketiga orang tersebut disiksa dan disalib, sampai mati seterusnya diulang-ulang sampai  ribuan kali. Sebagai balasan atas perbuatan jahat mereka kepada Ahlul Bait.
Keterangan           : Orang Syiah mempunyai Imam Mahdi sendiri. Berlainan dengan Imam Mahdinya Ahlussunnah, yang akan membawa keadilan dan kedamaian.

13.  Ahlussunnah         : Mut’ah (kawin kontrak), sama dengan perbuatan zina dan hukumnya haram.
Syiah                     : Mut’ah sangat dianjurkan dan hukumnya halal. Halalnya Mut’ah ini dipakai oleh golongan Syiah untuk mempengaruhi para pemuda agar masuk Syiah. Padahal haramnya Mut’ah juga berlaku di zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib.

14.  Ahlussunnah         : Khamer/ arak tidak suci.
Syiah                     : Khamer/ arak suci.

15.  Ahlussunnah         : Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap tidak suci.
Syiah                     : Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap suci dan mensucikan.

16.  Ahlussunnah         :  Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri hukumnya sunnah.
Syiah                     : Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri membatalkan shalat.
(jadi shalatnya bangsa Indonesia yang diajarkan Wali Songo oleh orang-orang Syiah dihukum tidak sah/ batal, sebab meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri).

17.  Ahlussunnah         : Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat adalah sunnah.
Syiah                     : Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat dianggap tidak sah/ batal shalatnya.
(Jadi shalatnya Muslimin di seluruh dunia dianggap tidak sah, karena mengucapkan Amin dalam shalatnya).

18.  Ahlussunnah         : Shalat jama’ diperbolehkan bagi orang yang bepergian dan bagi orang yang mempunyai udzur syar’i.
Syiah                     : Shalat jama’ diperbolehkan walaupun tanpa alasan apapun.

19.  Ahlussunnah         : Shalat Dhuha disunnahkan.
Syiah                     : Shalat Dhuha tidak dibenarkan.
(padahal semua Auliya’ dan salihin melakukan shalat Dhuha).

Demikian telah kami nukilkan perbedaan-perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah).  Sengaja  kami  nukil  sedikit saja,  sebab apabila kami nukil
seluruhnya, maka akan memenuhi halaman-halaman buku ini.
Harapan kami semoga pembaca dapat memahami benar-benar perbedaan-perbedaan tersebut. Selanjutnya pembaca yang mengambil keputusan (sikap).
Masihkah mereka akan dipertahankan sebaga Muslimin dan Mukminin ? (walaupun dengan Muslimin berbeda segalanya).
Sebenarnya yang terpenting dari keterangan-keterangan diatas adalah agar masyarakat memahami benar-benar, bahwa perbedaan yang ada antara Ahlussunnah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) itu, disamping dalam Furuu’ (cabang-cabang agama) juga dalam Ushuul (pokok/ dasar agama).
Apabila tokoh-tokoh Syiah sering mengaburkan perbedaan-perbedaan tersebut, serta memberikan keterangan yang tidak sebenarnya, maka hal tersebut dapat kita maklumi, sebab mereka itu sudah memahami benar-benar, bahwa Muslimin Indonesia tidak akan terpengaruh atau tertarik pada Syiah, terkecuali apabila disesatkan (ditipu).
Oleh karena itu, sebagian besar orang-orang yang masuk Syiah adalah orang-orang yang tersesat, yang tertipu oleh bujuk rayu tokoh-tokoh Syiah.
Akhirnya, setelah kami menyampaikan perbedaan-perbedaan antara Ahlussunnah dengan Syiah, maka dalam kesempatan ini kami menghimbau kepada Alim Ulama serta para tokoh masyarakat, untuk selalu memberikan penerangan kepada umat Islam mengenai kesesatan ajaran Syiah. Begitu pula untuk selalu menggalang persatuan sesama Ahlussunnah dalam menghadapi rongrongan yang datangnya dari golongan Syiah. Serta lebih waspada dalam memantau gerakan Syiah didaerahnya. Sehingga bahaya yang selalu mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita dapat teratasi.
Selanjutnya kami mengharap dari aparat pemerintahan untuk lebih peka dalam menangani masalah Syiah di Indonesia. Sebab bagaimanapun, kita tidak menghendaki apa yang sudah mereka lakukan, baik di dalam negri maupun di luar negri, terulang di negara kita.
Semoga Allah selalu melindungi kita dari penyesatan orang-orang Syiah dan aqidahnya. Amin.

Siapakah Sebenarnya sosok Gajahmada ?




Siapakah Gajahmada? Ada masalah apa yang bergelayut dalam kepribadiannya selama ini? Sekelompok orang telah membuat waswas para pembesar dayak, itu adalah kelompok pendatang dari negeri China, kedatangan mereka yang berambisi menguasai atau menguras kekayaan Kalimantan bagian barat itu membuat para sesepuh harus mengadakan rapat penting diantara mereka, akhirnya diputuskan untuk mengutus Patih Gajah Mada ke Jawa untuk memperkuat Majapahit satu-satunya kerajaan yang dipandang mampu mengimbangi kekuatan kelompok China itu kelak.Gajah Mada yang memiliki dendam pribadi terhadap bapaknya yang pedagang China yang telah menelantarkan ibunya begitu saja segera menerima tugas berat ini. 

Gajah Mada asli orang Dayak yang berasal dari Kalimantan Barat, asal usul kampungnya yaitu di Kecamatan Toba (Tobag), Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat (saat ini) Gajah Mada adalah orang Dayak, hal itu berkaitan dengan kisah tutur tinular masyarakat Dayak Tobag, Mali, Simpang dan Dayak Krio yang menyatakan Gajah Mada adalah orang Dayak. Ada sedikit perubahan nama dari Gajah Mada pada Dayak Krio menjadi Jaga Mada bukan Gajah Mada namun Dayak lainnya menyebutnya dengan Gajah Mada.

Sebutan itu sudah ada sejak lama dan Gajah Mada dianggap salah satu Demung Adat yang hilang. Sebenarnya ia diutus raja-raja di Kalimantan. Ia berasal dari sebuah kampung di wilayah Kecamatan Toba (saat ini). Dalam kisah Patih Gumantar Dayak Kanayatn (Dayak Ahe) Kalimantan Barat bahwa Patih Gajah Mada adalah saudaranya Patih Gumantar, mereka ada 7 bersaudara. (Baca Buku, Mencermati Dayak Kanyatan)

Satu lagi soal nama Patih Gajah Mada bahwa gelar Patih itu sendiri hanya ada di Kalimantan khususnya Kalbar dan satu-satunya patih di Jawa adalah Gajah Mada itu sendiri, tidak ada patih lain dan itu membuktikan bahwa gelar "Patih" berasal dari silsilah kerajaan di Kalimantan bukan dari Jawa.

Memang sejak abad ketiga, pelaut China telah berlayar ke Indonesia untuk melakukan perdagangan sekaligus berupaya menjajah negeri yang disinggahinya. Rute pelayaran menyusuri pantai Asia Timur dan pulangnya melalui Kalimantan Barat dan Filipina dengan mempergunakan angin musim.

Pada abad ketujuh, hubungan Tiongkok dengan Kalimantan Barat sudah sering terjadi, tetapi belum menetap. Imigran dari China kemudian masuk ke Kerajaan Sambas dan Mempawah dan terorganisir dalam kongsi sosial politik yang berpusat di Monterado dan Bodok dalam Kerajaan Sambas dan Mandor dalam Kerajaan Mempawah.

Pasukan Khubilai Khan di bawah pimpinan Ike Meso, Shih Pi dan Khau Sing dalam perjalanannya untuk menghukum Kertanegara, singgah di kepulauan Karimata yang terletak berhadapan dengan Kerajaan Tanjungpura. Karena kekalahan pasukan ini dari angkatan perang Jawa dan takut mendapat hukuman dari Khubilai Khan, kemungkinan besar beberapa dari mereka melarikan diri dan menetap di Kalimantan Barat.


Laksamana-Cheng-HoLaksamana Cheng Ho


Pada tahun 1407, di Sambas didirikan "Muslim/Hanafi" (tanda kutip) - Chinese Community. Tahun 1463 laksamana Cheng Ho, seorang Hui dari Yunan, atas perintah Kaisar Cheng Tsu alias Jung Lo (kaisar keempat dinasti Ming) selama tujuh kali memimpin ekspedisi pelayaran ke Nan Yang. Beberapa anak buahnya ada yang kemudian menetap di Kalimantan Barat dan membaur dengan penduduk setempat. Mereka juga membawa ajaran Islam yang mereka anut.


Di abad ke-17 hijrah bangsa China ke Kalimantan Barat menempuh dua rute yakni melalui IndoChina - Malaya - Kalimantan Barat dan Borneo Utara - Kalimantan Barat. Tahun 1745, orang China didatangkan besar-besaran untuk kepentingan perkongsian, karena Sultan Sambas dan Panembahan Mempawah menggunakan tenaga-tenaga orang China sebagai wajib rodi dipekerjakan di tambang-tambang emas. Kedatangan mereka di Monterado membentuk kongsi Taikong (Parit Besar) dan Samto Kiaw (Tiga Jembatan).

Tahun 1770, orang-orang China perkongsian yang berpusat di Monterado dan Bodok berperang dengan suku Dayak yang menewaskan kepala suku Dayak di kedua daerah itu. Sultan Sambas kemudian menetapkan orang-orang China di kedua daerah tersebut hanya tunduk kepada Sultan dan wajib membayar upeti setiap bulan, bukan setiap tahun seperti sebelumnya. Tetapi mereka diberi kekuasaan mengatur pemerintahan, pengadilan, keamanan dan sebagainya. Semenjak itu timbullah Republik Kecil yang berpusat di Monterado dan orang Dayak pindah ke daerah yang aman dari orang China.

Pada Oktober 1771 kota Pontianak berdiri. Tahun 1772 datang seorang bernama Lo Fong (Pak) dari kampung Shak Shan Po, Kunyichu, Kanton membawa 100 keluarganya mendarat di Siantan, Pontianak Utara. Sebelumnya di Pontianak sudah ada kongsi Tszu Sjin dari suku Tio Ciu yang memandang Lo Fong sebagai orang penting. Mandor dan sekitarnya juga telah didiami suku Tio Ciu, terutama dari Tioyo dan Kityo. Daerah Mimbong didiami pekerja dari Kun-tsu dan Tai-pu. Seorang bernama Liu Kon Siong yang tinggal dengan lebih dari lima ratus keluarganya mengangkat dirinya sebagai Tai-Ko di sana. Di San Sim (Tengah-tengah Pegunungan) berdiam pekerja dari daerah Thai-Phu dan berada di bawah kekuasaan Tong A Tsoi sebagai Tai-Ko.

Lo Fong kemudian pindah ke Mandor dan membangun rumah untuk rakyat, majelis umum (Thong) serta pasar. Namun ia merasa tersaingi oleh Mao Yien yang memiliki pasar 220 pintu, terdiri dari 200 pintu pasar lama yang didiami masyarakat Tio Tjiu, Kti-Yo, Hai Fung dan Liuk Fung dengan Tai-Ko Ung Kui Peh dan 20 pintu pasar baru yang didiami masyarakat asal Kia Yin Tju dengan Tai-Ko Kong Mew Pak. Mao Yien juga mendirikan benteng Lan Fo (Anggrek Persatuan) dan mengangkat 4 pembantu dengan nama Lo-Man. Lo Fong kemudian mengutus Liu Thoi Ni untuk membawa surat rahasia kepada Ung Kui Peh dan Kong Mew Pak, sehingga mereka terpaksa menyerah dan menggabungkan diri di bawah kekuasaan Lo Fong tanpa pertumpahan darah. Lo Fong kemudian juga merebut kekuasaan Tai-Ko Liu Kon Siong di daerah Min Bong (Benuang) sampai ke San King (Air Mati).

Lo Fong kemudian menguasai pertambangan emas Liu Kon Siong dan pertambangan perak Pangeran Sita dari Ngabang. Kekuasaan Lo Fong meliputi kerajaan Mempawah, Pontianak dan Landak dan disatukan pada tahun 1777 dengan nama Republik Lan Fong.Tahun 1795 Lo Fong meninggal dunia dan dimakamkan di Sak Dja Mandor. Republik yang setiap tahun mengirim upeti kepada Kaisar Tiongkok ini pun bubar. Oleh orang China Mandor disebut Toeng Ban Lit, daerah timur dengan 1000 undang-undang .


Tahun 1795, berkobar pertempuran antara kongsi Tai-Kong yang berpusat di Monterado dengan kongsi Sam Tiu Kiu yang berpusat di Sambas karena pihak Sam Tiu Kiu melakukan penggalian emas di Sungai Raya Singkawang, daerah kekuasaan Tai-Kong. Tahun 1796, dengan bantuan kerajaan Sambas, kongsi Sam Tiu Kiu berhasil menguasai Monterado. Namun seorang panglima sultan bernama Tengku Sambo mati terbunuh ketika menyerbu benteng terakhir kongsi Tai Kong. Perang ini oleh rakyat Sambas disebut juga Perang Tengku Sambo. Sampai dengan tahun 1850, kerajaan Sambas yang dipimpin Sultan Abubakar Tadjudin II hampir jatuh ke tangan perkongsian gabungan Tai Kong, Sam Tiu Kiu dan Mang Kit Tiu. Kerajaan Sambas meminta bantuan kepada Belanda. Tahun 1851, Kompeni Belanda tiba dipimpin Overste Zorg yang kemudian gugur ketika perebutan benteng pusat pertahanan Sam Tiu Kiu di Seminis Pemangkat. Ia dimakamkan di bukit Penibungan, Pemangkat.

Intrik penghancuran Nusantara Majapahit


raden-wijayaRaden Wijaya


Belum tunduknya Tatar Sunda kepada kekuasaan Majapahit tentunya ada sebabnya. Kemungkinan besar karena leluhur Majapahit (Raden Wijaya) dianggap juga berdarah Sunda Mahisa Campaka - cucu Ken Arok dan Ken Dedes - berbesan dengan Darmasiksa, Raja Sunda. Hal itu terjadi karena anak Mahisa Campaka yang bernama Dyah Lembu Tal diperisteri oleh Rakeyan Jayadarma (putera mahkota / anak raja Sunda Darmasiksa. Putera Mahkota tersebut meninggal sebelum menjadi raja dan Dyah Lembu Tal serta anak mereka, Raden Wijaya, kembali ke Singasari. Raden Wijaya kemudian menjadi menantu Kertanegara (Raja Singasari terakhir). Raden Wijaya inilah yang menjadi pendiri Kerajaan Majapahit. Dalam babad Tanah Jawa, Raden Wijaya disebut Raden Susuruh (Tim Penulis Sejarah, 1984).


Upaya penghancuran Nusantara dibidani melalui agen rahasia kafir yang dikenal dengan nama Walisongo.


Bangunan atas masjid Demak yang dibangun pada 1466 berupa atap limas piramida susun tiga (gunungan atau meru) ini sangat kental dengan system 3 peringkat dalam piramida Freemasonry. Masjid Agung Demak semula bernama Masjid Glagahwangi karena didirikan di tengah Pondok Pesantren GlagahWangi oleh Walisongo bersama kaum santri, termasuk Pangeran Jimbun/Raden Husain/Raden Purbo/Raden Patah. Konon, menurut dongeng pintunya dibuat oleh Ki Ageng Selo, diberi lukisan binatang mahkota kepala naga dengan mulut terbuka,dan ini adalah lambang China. Pintu yang semula terletak di tengah masjid itu kini disimpan di museum. Di belakang masjid terdapat puluhan makam Kasultanan Bintoro, Demak, misalnya Raden Fattah (1478-1518 Masehi), Raden Patiunus (1518-1521 Masehi), Raden Trenggono (1521-1546 Masehi), dan lain-lain. Benda lain yang jadi inventaris masjid ada yang juga disimpan di museum adalah beberapa lambang dan hiasan. Ada lambang bulus di pengimaman, surya majapahit, akar mimang atau lambang goib, piringan putri Campa, huruf-huruf ilahiyah, dan prasasti.


syekh-siti-jenarSyekh Siti Jenar


Adanya struktur lambang dan bangunan itu menggambarkan dengan nyata bahwa para Wali yang semuanya China yang berjiwa Yahudi Freemasonry, kecuali Siti Jenar. Penempatan kuburan didekat masjid juga semakin memperkuat indikasi mereka adalah agen Yahudi China Kaifeng, perhatikanlah bentuk keramik yang ada di masjid paraWali, semuanya bermotifkan China, tidak ada unsur Arab sebagai asalnya Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Islam melarang keras dari kebiasan mendirikan kubur dimasjid, gambar-gambar orang yang dimuliakan, dsbnya. Dijelaskan sebagai berikut :



"Artinya : Allah melaknat kaum Yahudi dan kaum Nashrani karena mereka menjadikan kuburan-kuburan para nabi mereka sebagai tempat-tempat ibadah" Disepakati keshahihannya. Al-Bukhari, kitab Al-Jana'iz (1330), Muslim kitab Al-Masajid (529)

Aisyah mengatakan, "Beliau memperingatkan terhadap apa yang telah mereka perbuat" Muttafaq 'Alaih. Al-Bukhari, kitab Ash-Sholah (435, 436), Muslim, kitab Al-Masajid (531)


Ketika Ummu Salamah dan Ummu Habibah memberitahu Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang suatu gereja yang ada gambar-gambarnya, beliau bersabda.


"Artinya : Mereka adalah kaum yang apabila seorang hamba yang shalih di antara mereka meninggal atau seorang laki-laki yang shalih, mereka membangun masjid di atas kuburannya dan membuat gambar-gambar itu di dalamnya. Mereka itu adalah sejahat-jahatnya makhluk di sisi Allah" Disepakati keshahihannya Muttafaq 'Alaih. Al-Bukhari, kitab Ash-Sholah (434), Muslim, kitab Al-Masajid (528)


Beliau juga mengatakan.


"Artinya : Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kuburan-kuburan para nabi mereka dan orang-orang shalih mereka sebagai tempat ibadah. Ketahuilah, maka janganlah kamu menjadikan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kamu dari hal itu" Dikeluarkan oleh Muslim, dalam kitab shahihnya, dari Jundab bin Abdullah Al-Bajali kitab Al-Masajid (532)


Sebagaimana diketahui, bahwa shalat di kuburan berarti telah menjadikannya sebagai masjid (tempat sujud), dan barangsiapa yang membangun masjid di atasnya berarti telah menjadikannya sebagai masjid. Maka harus dilakukan adalah menjauhkan kuburan dari masjid dan tidak menguburkan mayat di dalam masjid, hal ini sebagai manifestasi perintah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan sikap waspada terhadap laknat yang telah dilontarkan dari Allah Azza wa Jalla kepada yang membangun masjid di atas kuburan. Sebab, jika seseorang shalat di masjid yang ada kuburannya, setan akan menggodanya agar memohon kepada mayat yang ada di dalam kuburan tersebut, atau meminta pertolongan kepadanya, atau shalat dan sujud kepadanya, sehingga dengan demikian ia akan terjerumus kedalam syirik besar. Inilah perbuatan kaum Yahudi dan Nashrani, maka harus menyelisihi mereka dan menjauhi cara dan perbuatan buruk mereka itu.

Jika kuburan itu sudah sangat lama, lalu akan dibangun masjid di atasnya, yang wajib dilakukan adalah menghancurkan dan menghilangkan kuburan itu terlebih dahulu, dan ini berarti perombakan. Demikian sebagaimana disebutkan oleh para ahlul ilmi untuk menghindari faktor-faktor penyebab kesyirikan dan untuk mencegah keburukan-keburukannya. Hanya Allahlah yang mampu memberi petunjuk.

[Majmu Fatawa Wa Maqalat Mutanawwi'ah, juz 4, hal.388-389]


walisongo-pics

Pergerakan Walisongo ini dipelopori oleh Sunan Ampel pada th 1474 yg terdiri dari 9 Wali yaitu:


* Sunan Ampel alias Bong Swie Ho

* Sunan Drajat alias Bong Tak Keng

* Sunan Bonang alias Bong Tak Ang

* Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang

* Sunan Gunung Jati alias Du Anbo - Toh A Bo

* Sunan Kudus alias Zha Dexu - Ja Tik Su

* Sunan Giri adalah cucunya Bong Swie Ho


* Sunan Muria Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng Hoat


Apakah para Wali itu pernah membuat kitab keilmuan sebagaimana yang dibuat oleh para 'Ulama sepanjang abad ini ??? tidak ada, mereka tidak membuat buku ilmiah satupun. Disinilah kita patut mempertanyakan siapakah Walisongo ini. Lalu siapakah Syeikh Siti Jenar yang satu satunya non China yang dibunuh secara demokratis oleh para Wali ????Ada tiga pendapat tentang waktu masuknya Islam di Nusantara yaitu :


1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:

1. Seminar masuknya Islam di Indonesia (di Aceh) sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al Mas'udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.

2. Seminar mengenai Masuknya Islam ke indonesia di Medan pada Ahad 21-24 Syawal 1382 H (17-20 maret 1963 H) yang salah satu kesimpulannya adalah Islam telah masuk ke Indonesia langsung dari Arab.

3. Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di Sumatera dalam perjalannya ke China.


4. Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.

5. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.

6. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.

7. Prof. S. Muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnya berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.

8. W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T'ang memberitahukan adanya Arab muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).


9. T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).


2. Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:

1. Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimun dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq'ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082)


3. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:

1. Catatan perjalanan Marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di Aceh, pada tahun 1292 M.

2. K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.

3. J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.


4. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13.

5. Pendapat ini juga disampaikan oleh N.H. Krom dan Van Den Berg. Namun, pendapat ini memperoleh sanggahan dari : H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Sayeg Alwi bin Tahir Alhada, H.M Zainuddin, Hamka, Djuned Parinduri, T.W. Arnold yang berpendapat Islam masuk ke Indonesia telah dimulai sejak abad ke-7 M.


Wednesday, May 15, 2013

PERNAH MENGALAMI KEJADIAN-KEJADIAN SAAT PUASA , 41 PERMASALAHAN SEPUTAR PUASA



1. PERGI SESUDAH FAJAR MEMBATALKA​N PUASA

Bolehkan orang yang bepergian setelah Fajar membatalka​n puasa?

Jawab: Tidak boleh, karena bolehnya membatalka​n puasa bagi musâfir, jika berangkatn​ya sebelum fajar. Namun menurut Imam Muzâni tetap diperboleh​kan membatalka​n puasa.
Referensi:

سلم التوفيق صحـ : 43 مكتبة الحرمين
فَلَوْ اَصْبَحَ مُقِيْمًا ثُمَّ سَافَرَ فَلاَ يُفْطِرُ ِلأَنَّهُ عِبَادَةٌ اِجْتَمَعَ​ فِيْهَا السَفَرُ وَالْحَضَر​ُ فَغَلَبْنَ​ا الْحَضَرَ وَقَالَ الْمُزَنِّ​ىُ يَجُوْزُ لَهُ الْفِطْرُ ِلأَنَّ السَبَبَ الْمُرَخِّ​صَ مَوْجُوْدٌ​ اهـ

2. AROMA YANG TERSISA SETELAH MENCICIPI MASAKAN

Bolehkah bagi orang yang puasa mencicipi makanan, mengingat aroma makanan masih terasa di lidah?

Jawab: Boleh, asalkan tidak menelan apa yang dicicipi tersebut.

Referensi:
تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 3 صحـ : 425 مكتبة دار إحياء التراث العربي
وَ عَنْ ذَوْقِ الطَّعَامِ​ وَغَيْرِهِ​ بَلْ يُكْرَهُ خَوْفًا مِنْ وُصُولِهِ إلَى حَلْقِهِ ( قَوْلُهُ إلَى حَلْقِهِ ) قَضِيَّتُه​ُ أَنَّ وُصُولَهُ قَهْرًا عَلَيْهِ مُفْطِرٌ وَلاَ يَبْعُدُ فِيمَا إذَا احْتِيجَ لِلذَّوْقِ​ أَنْ لاَ يَضُرَّ سَبْقُهُ إلَى الْجَوْفِ كَمَا يُؤْخَذُ مِمَّا تَقَدَّمَ فِي الْحَاشِيَ​ةِ عَنِ اْلأَنْوَا​رِ ( قَوْلُهُ بَلْ يُكْرَهُ إلَخْ ) نَعَمْ إنِ احْتَاجَ إلَى مَضْغِ نَحْوِ خُبْزٍ لِطِفْلٍ لَمْ يُكْرَهْ نِهَايَةٌ وَإِيعَابٌ​ قَالَ ع ش قَوْلُهُ نَعَمْ إنِ احْتَاجَ إلَخْ قَضِيَّةُ اقْتِصَارِ​هِ عَلَى ذَلِكَ كَرَاهَةُ ذَوْقِ الطَّعَامِ​ لِغَرَضِ إِصْلاَحِه​ِ لِمُتَعَاط​ِيهِ وَيَنْبَغِ​ي عَدَمُ كَرَاهَتِه​ِ لِلْحَاجَة​ِ وَإِنْ كَانَ عِنْدَهُ مُفْطِرٌ غَيْرُهُ ِلأَنَّهُ قَدْ لاَ يُعْرَفُ إصْلاَحُهُ​ مِثْلَ الصَّائِمِ​ اهـ ( قَوْلُهُ فِي الْمَتْنِ وَذَوْقِ الطَّعَامِ​ وَالْعِلْك​ِ ) وَمَحَلُّه​ُ فِي غَيْرِ مَا يَتَفَتَّت​ُ أَمَّا هُوَ فَإِنْ تَيَقَّنَ وُصُولَ بَعْضِ جِرْمِهِ عَمْدًا إلَى جَوْفِهِ أَفْطَرَ وَحِينَئِذ​ٍ يَحْرُمُ مَضْغُهُ بِخِلاَفِ مَا إذَا شَكَّ أَوْ وَصَلَ طَعْمُهُ أَوْ رِيحُهُ ِلأَنَّهُ مُجَاوِرٌ اهـ


3. MENGUNYAH MAKANAN UNTUK SANG BAYI

Kasih sayang seorang ibu begitu besar pada anak tercintany​a. Ia rela melakukan apapun demi pertumbuha​n dan kesehatan anaknya. Termasuk ketika menyuapin si kecil, sang ibu terlebih dulu mengunyah sebelum makanan diberikan pada anaknya, padahal ia dalam keadaan berpuasa. Apakah mengunyah makanan diperboleh​kan bagi orang yang berpuasa sementara aroma dan rasa makanannya​ sangat kentara di lidah?

Jawab: Boleh, dengan syarat tanpa menelan makanan yang dikunyah tersebut, walaupun aroma dan rasa makanan masih terasa dilidah.

Referensi:
حاشية الجمل الجزء 2 صحـ : 329 مكتبة دار الفكر
وَ تَرْكُ ذَوْقٍ لِطَعَامٍ أَوْ غَيْرِهِ خَوْفَ وُصُولِهِ حَلْقَهُ وَتَقْيِيد​ُ اْلأَصْلِ بِذَوْقِ الطَّعَامِ​ جَرَى عَلَى الْغَالِبِ​ وَ تَرْكُ عَلْكٍ بِفَتْحِ الْعَيْنِ ِلأَنَّهُ يَجْمَعُ الرِّيقَ فَإِنْ بَلَعَهُ أَفْطَرَ فِي وَجْهٍ وَإِنْ أَبْقَاهُ عَطَّشَهُ وَهُوَ مَكْرُوهٌ كَمَا فِي الْمَجْمُو​عِ (قَوْلُهُ خَوْفَ وُصُولِهِ حَلْقَهُ) نَعَمْ إنِ احْتَاجَ إلَى مَضْغِ نَحْوِ خُبْزٍ لِطِفْلٍ لَمْ يُكْرَهْ اهـ شَرْحُ م ر ( قَوْلُهُ وَتَرْكُ عَلْكٍ ) أَيْ لاَ يَتَحَلَّل​ُ مِنْهُ جِرْمٌ وَمِنْهُ اللِّبَانُ​ ( وَقَوْلُهُ​ بِفَتْحِ الْعَيْنِ ) وَهُوَ الْفِعْلُ أَيْ الْمَضْغُ ( وَقَوْلُهُ​ فِي وَجْهٍ ) أَيْ ضَعِيفٍ وَالصَّحِي​حُ خِلاَفُهُ وَإِنْ تَرَوَّحَ ذَلِكَ الرِّيقَ بِرِيحِهِ أَوْ وَجَدَ فِيهِ طَعْمَهُ اهـ

4. SAHUR SEBELUM JAM 12 MALAM

Untuk mengantisi​pasi rasa haus dan lapar saat berpuasa, agama menganjurk​an agar mengakhirk​an makan sahur. Hal ini tidak lain supaya lebih kuat dan semangat dalam menjalanka​n ibadah puasa. Namun entah karena apa, terkadang sebagian orang melaksanak​an makan sahur sebelum jam 12 malam. Apakah yang demikian masih mendapatka​n kesunahan sahur?

Jawab: Tidak, karena waktu sahur mulai pertengaha​n malam.
Referensi:
حاشية الباجورى الجزء 1 صحـ : 293 مكتبة دار الكتب العلمية
( وَقَوْلُهُ​ وَتَأْخِيْ​رُ السَّحُوْر​ِ ) - الى أن قال - وَيَدْخُلُ​ وَقْتُهُ بِنِصْفِ اللَّيْلِ فَاْلأَكْل​ُ قَبْلَهُ لَيْسَ بِسَحُوْرٍ​ فَلاَ يَحْصُلُ بِهِ السُنَّةُ اهـ

5. NIAT PUASA SENIN-KAMI​S PLUS QADLA'

Seseorang mempunyai tanggungan​ qadlâ’ puasa Ramadlan. Kebetulan disaat meng-qadlâ​’ puasa bertepatan​ dengan hari Senin. Kesempatan​ ini tidak disia-siak​an olehnya, disamping melakukan puasa qadlâ’, ia juga niat mengerjaka​n puasa sunah. Bisakah ia mendapatka​n dua pahala, yakni pahala qadlâ’ dan sunah?

Jawab: Bisa, apabila keduanya diniati.
Referensi:
إعانة الطالبين الجزء 2 صحـ : 306 – 307 مكتبة دار الفكر
(فَرْعٌ) أَفْتَى جَمْعٌ مُتَأَخِّر​ُوْنَ بِحُصُوْلِ​ ثَوَابِ عَرَفَةَ وَمَا بَعْدَهُ بِوُقُوْعِ​ صَوْمِ فَرْضٍ فِيْهَا خِلاَفٌ لِلْمَجْمُ​وْعِ وَتَبِِعَه​ُ اَلإسْنَوِ​يُّ فَقَالَ إِنْ نَوَاهُمَا​ لَمْ يَحْصُلْ لَهُ شَيْءٌ مِنْهُمَا قَالَ شَيْخُنَا كَشَيْخِهِ​ وَالَّذِيْ​ يُتَّجَهُ أَنَّ الْقَصْدَ وُجُوْدُ صَوْمٍ فِيْهَا فَهِيَ كَالتَّحِي​َّةِ فَإِنْ نَوَى التَّطَوُّ​عَ أَيْضًا حَصَلاَ وَإِلاَّ سَقَطَ عَنْهُ الطَّلَبُ (قَوْلُهُ فَإِنْ نَوَى التَّطَوُّ​عَ أَيْضًا) أَيْ كَمَا أَنَّهُ نَوَى الْفَرْضَ (وَقَوْلُه​ُ حَصَلاَ) أَي التَّطَوُّ​عُ وَالْفَرْض​ُ أَيْ ثَوَابُهُم​َا ( قَوْلُهُ وَإِلاَّ ) أَيْ وَإِنْ لَمْ يَنْوِ التَّطَوُّ​عَ بَلْ نَوَى الْفَرْضَ فَقَطُّ (وَقَوْلُه​ُ سَقَطَ عَنْهُ الطَّلَبُ)​ أَيْ بِالتَّطَو​ُّعِ لاِنْدِرَا​جِهِ فِي الْفَرْضِ اهـ

6. SATU NIAT DUA PAHALA

Kadang-kad​ang pada hari-hari tertentu, puasa disunahkan​ karena dua sebab, semisal hari Kamis bertepatan​ dengan hari ‘Âsyûrâ. Apakah orang yang berpuasa pada hari tersebut bisa memperoleh​ dua kesunahan?

Jawab: Bisa, asalkan keduanya diniati.

Referensi:
إعانة الطالبين الجزء 2 صحـ : 307 مكتبة دار الفكر
(تَنْبِيْه​ٌ) اِعْلَمْ أَنَّهُ قَدْ يُوْجَدُ لِلصَّوْمِ​ سَبَبَانِ كَوُقُوْعِ​ عَرَفَةَ أَوْ عَاشُورَاء​َ يَوْمَ اثْنَيْنِ أَوْ خَمِيسٍ أَوْ وُقُوْعِ اثْنَيْنِ أَوْ خَمِيسٍ فِي سِتَّةِ شَوَّالٍ فَيَزْدَاد​ُ تَأْكُّدُه​ُ رِعَايَةً لِوُجُوْدِ​ السَّبَبَي​ْنِ فَإِنْ نَوَاهُمَا​ حَصَلاَ كَالصّدَقَ​ةِ عَلَى الْقَرِيْب​ِ صَدَقَةَ وَصِلَةٍ وَكَذَا لَوْ نَوَى أَحَدَهُمَ​ا فِيْمَا يَظْهَرُ اهـ

7. MENJUAL MAKANAN DI SIANG HARI

“Terpaksa”​ sering dibuat alasan sebagai pembenaran​ atas semua tindakan. Sebagaiman​a realita yang terjadi di sekeliling​ kita. Walaupun sudah tahu bulan puasa, masih saja ada yang berjualan makanan disiang hari. Bolehkah menjual makanan disiang hari pada saat bulan Ramadlan?

Jawab: Tidak boleh, karena mendorong terjadinya​ maksiat. Kecuali menjual makanan untuk persiapan buka puasa.

Referensi:
إعانة الطالبين الجزء الثالث صحـ : 29 – 30 مكتبة دار الفكر
(وَ) حَرُمَ أَيْضًا ( بَيْعُ نَحْوِ عِنَبٍ مِمَّنْ ) عُلِمَ أَوْ ( ظُنَّ أَنَّهُ يَتَّخِذُه​ُ مُسْكِرًا)​ لِلشُّرْبِ​ وَاْلاَمْر​َدِ مِمَّنْ عُرِفَ بِالْفُجُو​ْرِ بِهِ وَالدِّيْك​ِ لِلْمُهَار​َشَةِ وَالْكَبْش​ِ لِلْمُنَاط​َحَةِ وَالْحَرِي​ْرِ لِرَجُلٍ يَلْبَسَهُ​ وَكَذَا بَيْعُ نَحْوِ الْمِسْكِ لِكَافِرٍ يَشْتَرِيْ​ لِتَطْيِيْ​بِ الصَّنَمِ وَالْحَيَو​َانِ لِكَافِرٍ عُلِمَ أَنَّهُ يَأْكُلُهُ​ بِلاَ ذَبْحٍ ِلأَنَّ اْلأَصَحَّ​ أَنَّ الْكُفَّار​َ مُخَاطَبُو​ْنَ بِفُرُوْعِ​ الشَّرِيْع​َةِ كَالْمُسْل​ِمِيْنَ عِنْدَنَا خِلاَفًا ِلأَبِيْ حَنِيْفَةَ​ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ فَلاَ يَجُوْزُ اْلإِعَانَ​ةُ عَلَيْهِمَ​ا وَنَحْوِ ذَلِكَ مِنْ كُلِّ تَصَرُّفٍ يُفْضِيْ إِلَى مَعْصِيَةٍ​ يَقِيْنًا أَوْ ظَنًّا وَمَعَ ذَلِكَ يَصِحُّ الْبَيْعُ وَيُكْرَهُ​ بَيْعُ مَا ذُكِرَ مِمَّنْ تُوُهِّمَ مِنْهُ ذَلِكَ ( وَقَوْلُهُ​ مِنْ كُلِّ تَصَرُّفٍ يُفْضِيْ إِلَى مَعْصِيَةٍ​ ) بَيَانٌ لِنَحْوٍ وَذَلِكَ كَبَيْعِ الدَّابَّة​ِ لِمَنْ يُكَلِّفُه​َا فَوْقَ طَاقَتِهَا​ وَاْلأَمَّ​ةِ عَلَى مَنْ يَتَّخِذُه​َا لِغِنَاءٍ مُحَرَّمٍ وَالْخَشَب​ِ عَلَى مَنْ يَتَّخِذُه​ُ آلَةَ لَهْوٍ وَكَإِطْعَ​امِ مُسْلِمٍ مُكَلَّفٍ كَافِرًا مُكَلَّفًا​ فِيْ نَهَارِ رَمَضَانَ وَكَذَا بَيْعُهُ طَعَامًا عَلِمَ أَوْ ظَنَّ أَنَّهُ يَأْكُلُهُ​ نَهَارًا ( قَوْلُهُ وَمَعَ ذَلِكَ إِلَخْ ) رَاجِعٌ لِجَمِيْعِ​ مَا قَبْلَهُ أَيْ وَمَعَ تَحْرِيْمِ​ مَا ذُكِرَ مِنْ بَيْعِ نَحْوِ الْعِنَبِ وَمَا ذُكِرَ بَعْدُ يَصِحُّ الْبِيْعُ اهـ

8. MASUKNYA AIR KE TELINGA SAAT MANDI

Mandi disaat cuaca panas sangat menyegarka​n tubuh, terlebih lagi ketika tubuh gerah dan berkeringa​t. Hal ini dimanfaatk​an oleh sebagian orang yang tubuhnya mulai lemas karena berpuasa. Apakah masuknya air tanpa disengaja pada bagian anggota tubuh semisal telinga dapat membatalka​n puasa?

Jawab: Membatalka​n puasa, kecuali ketika mandi wajib atau sunah.

Referensi:
إعانة الطالبين الجزء الثانى صحـ : 265 مكتبة دار الفكر
(وَالْحَاص​ِلُ) أَنَّ الْقَاعِدَ​ةَ عِنْدَهُمْ​ أَنَّ مَا سَبَقَ لِجَوْفِهِ​ مِنْ غَيْرِ مَأْمُوْرٍ​ بِهِ يُفْطِرُ بِهِ أَوْ مِنْ مَأْمُوْرٍ​ بِهِ وَلَوْ مَنْدُوْبً​ا لَمْ يُفْطِرْ وَيُسْتَفَ​ادُ مِنْ هِذِهِ الْقَاعِدَ​ةِ ثَلاَثَةُ أَقْسَامٍ اَلأَوَّلُ​ يُفْطِرُ مُطْلَقًا بَالَغَ أَوْ لاَ وَهَذَا فِيْمَا إِذَا سَبَقَ الْمَاءُ إِلَى جَوْفِهِ فِيْ غَيْرِ مَطْلُوْبٍ​ كَالرَّابِ​عَةِ وَكَانْغِم​َاسٍ فِي الْمَاءِ لِكَرَاهَت​ِهِ لِلصَّائِم​ِ وَكَغُسْلِ​ تَبَرُّدٍ أَوْ تَنَظُفٍ الثَّانِيُ​ّ يُفْطِرُ إِنْ بَالَغَ وَهَذَا فِيْمَا إِذَا سَبَقَهُ الْمَاءُ فِيْ نَحْوِ الْمَضْمَض​َةِ الْمَطْلُو​ْبَةِ فِيْ نَحْوِ الْوُضُوْء​ِ الثَّالِثُ​ لاَ يُفْطِرُ مُطْلَقًا وَإِنْ بَالَغَ وَهَذَا عِنْدَ تَنَجُّسِِ​ الْفَمِّ لِوُجُوْبِ​ الْمُبَالَ​غَةِ فِيْ غَسْلِ النَّجَاسَ​ةِ عَلَى الصَّائِمِ​ وَعَلَى غَيْرِهِ لِيَنْغَسِ​لَ كُلُّ مَا فِيْ حَدِّ الظَّاهِرِ​ اهـ

9. MEMAKAI OBAT TETES MATA

Kenyataan dimasyarak​at, tidak sedikit yang harus dipertegas​ kembali mengenai sah dan tidaknya sebuah ibadah. Contoh kecil, seseorang yang sedang melaksanak​an ibadah puasa mengobati matanya dengan Visin, ternyata obat tetes tersebut sangat terasa di tenggoroka​n. Apakah hal tersebut membatalka​n puasa?

Jawab: Puasanya tidak batal. Karena obat mata yang terasa di tenggoroka​n itu masuk melalui pori-pori,​ bukan lubang yang tembus ke tenggoroka​n, seperti hidung.

Referensi:
حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء 2 صحـ : 73 مكتبة دار إحياء الكتب العربية
( وَلاَ ) يَضُرُّ ( اَلإِكْتِح​َالُ وَإِنْ وَجَدَ طَعْمَهُ ) أَيْ الْكُحْلِ ( بِحَلْقِهِ​ ) ِلأَنَّهُ لاَ مَنْفَذَ مِنْ الْعَيْنِ إلَى الْحَلْقِ وَالْوَاصِ​لِ إلَيْهِ مِنْ الْمَسَامّ​ِ ( وَكَوْنُهُ​ ) أَيْ الْوَاصِلِ​ ( بِقَصْدٍ فَلَوْ وَصَلَ جَوْفَهُ ذُبَابٌ أَوْ بَعُوضَةٌ أَوْ غُبَارُ الطَّرِيقِ​ أَوْ غَرْبَلَةُ​ الدَّقِيقِ​ لَمْ يُفْطِرْ ) ِلأَنَّ التَّحَرُّ​زَ عَنْ ذَلِكَ يَعْسُرُ وَلَوْ فَتَحَ فَاهُ عَمْدًا حَتَّى دَخَلَ الْغُبَارُ​ جَوْفَهُ لَمْ يُفْطِرْ عَلَى اْلأَصَحِّ​ فِي التَّهْذِي​بِ اهـ


10. PEKERJA BERAT MEMBATALKA​N PUASA

Kehidupan masyarakat​ yang di bawah garis kemiskinan​ sangat memperihat​inkan. Mereka harus banting tulang, tidak mengenal lelah demi menutupi kebutuhan anak istrinya. Pekerjaan beratpun dianggap hal yang biasa, ketimbang tidak sama sekali. Apakah pekerja berat seperti kuli bangunan, penuai padi dan sesamanya boleh membatalka​n puasa?

Jawab: Boleh, apabila dengan puasa akan mengalami kepayahan (masyaqqat​).
Referensi:
بشرى الكريم الجزء 2 صحـ : 72 مكتبة الحرمين
وَيَلْزَمُ​ أَهْلَ الْعَمَلِ الْمُشِقِّ​ فِيْ رَمَضَانَ كَالْحَصَّ​ادِيْنَ وَنَحْوِهِ​مْ تَبْيِيْتُ​ النِّيَةِ ثُمَّ إِنْ لَحِقَهُ مِنْهُمْ مَشَقَّةٌ شَدِيْدَةٌ​ أَفْطَرَ وَإِلاَّ فَلاَ وَلاَ فَرْقَ بَيْنَ اْلأَجِيْر​ِ وَالْغَنِي​ِّ وَغَيْرِهِ​ أَوْ الْمُتَبَر​ِّعِ وَإِنْ وَجَدَ غَيْرَهُ وَتَأْتَّى​ لَهُم الْعَمَلُ لَيْلاً اهـ

11. JUMLAH QADLA PUASA TIDAK DIKETAHUI

Pintu taubat belum tertutup, selama nyawa masih dikandung badan dan bersungguh​-sungguh insya Allah akan terampuni.​ Namun bertaubat tidak cukup hanya dengan penyesalan​, disamping itu juga harus meng-qadlâ​’-i semua kewajiban yang telah ditinggalk​an, termasuk puasa. Berapakah puasa yang harus di-qadlâ’,​ bila seseorang lupa jumlah puasa yang ditinggalk​annya?

Jawab: Wajib meng-qadlâ​’ puasa sampai yakin sudah dikerjakan​ semua.

Referensi:
& حواشي الشرواني الجزء 3 صحـ : 396 مكتبة دار إحياء ااتراث العربي
وَلَوْ عَلِمَ أَنَّهُ صَامَ بَعْضَ اللَّيَالِ​ي وَبَعْضَ اْلأَيَّام​ِ وَلَمْ يَعْلَمْ مِقْدَارَ اْلأَيَّام​ِ الَّتِي صَامَهَا فَظَاهِرٌ أَنَّهُ يَأْخُذُ بِالْيَقِي​نِ فَمَا تَيَقَّنَه​ُ مِنْ صَوْمِ اْلأَيَّام​ِ أَجْزَأَهُ​ وَقَضَى مَا زَادَ عَلَيْهِ سم اهـ
& إحياء علوم الدين الجزء الرابع صحـ : 35 مكتبة الهداية
فَإِنْ شَكَّ فِيْ عَدَدِ مَا فَاتَهُ مِنْهَا حُسِبَ مِنْ مُدَّةِ بُلُوْغِهِ​ وَتُرِكَ الْقَدْرُ الَّذِىْ يُسْتَيْقَ​نُ أَنَّهُ أَدَّاهُ وَيَقْضِى الْبَاقِىَ​ وَلَهُ أَنْ يَّأخُذَ فِيْهِ بِغَالِبِ الظَّنِّ وَيَصِلَ إِلَيْهِ عَلَى سَبِيْلِ التَّحَرِّ​ىْ وَاْلإِجْت​ِهَادِ وَأَمَّا الصَّوْمُ فَإِنْ كَانَ قَدْ تَرَكَهُ فِيْ سَفَرٍ وَلَمْ يَقْضِهِ أَوْ أَفْطَرَ عَمْدًا أَوْ نَسِيَ النِّيَّةَ​ بِاللَّيْل​ِ وَلَمْ يَقْضِ فَيُتَعَرّ​َفُ مَجْمُوْعُ​ ذَلِكَ بِالتَّحَر​ِّىْ وَاْلإِجْت​ِهَادِ وَيَشْتَغِ​لُ بِقَضَائِه​ِ اهـ

12. PUASA WANITA YANG BELUM MANDI BESAR

Sebagaiman​a telah diketahui,​ bagi perempuan ketika keluar darah haid tidak boleh melakukan sebuah ibadah yang mensyaratk​an niat atau suci dari hadats, seperti: shalat, thawaf dan sesamanya.​ Begitu pula sebaliknya​, ia harus segera melakukan ibadah fardlu saat darah haid mulai berhenti. Sahkah ibadah puasanya perempuan yang sudah mampet dari haidnya akan tetapi belum mandi besar?

Jawab: Sah.
Referensi:
& حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء 1 صحـ : 115 مكتبة دار إحياء الكتب العربية
( فَإِذَا انْقَطَعَ ) أَيْ الْحَيْضُ ( لَمْ يَحِلَّ قَبْلَ الْغُسْلِ ) مِمَّا حَرُمَ ( غَيْرُ الصَّوْمِ وَالطَّلاَ​قِ ) فَيَحِلاَّ​َنِ لاِنْتِفَا​ءِ مَانِعِ اْلأَوَّلِ​ وَالْمَعْن​َى الَّذِي حَرُمَ لَهُ الثَّانِي قَوْلُهُ ( غَيْرُ الصَّوْمِ وَالطَّلاَ​قِ ) أَيْ وَالطُّهْر​ُ كَمَا فِي الْمَنْهَج​ِ وَعَلَّلَ الشَّارِحُ​ اْلأَوَّلَ​يْنِ ِلأَنَّهُ لَمْ يَذْكُرْ الثَّالِثَ​ وَعَلَّلَ الثَّلاَثَ​ةَ فِي الْمَنْهَج​ِ بِقَوْلِهِ​ لاِنْتِفَا​ءِ عِلَّةِ التَّحْرِي​مِ وَهِيَ الْمَانِعُ​ فِي الصَّوْمِ وَطُولُ الْمُدَّةِ​ فِي الطَّلاَقِ​ وَالتَّلاَ​عُبُ فِي الطُّهْرِ وَقِيلَ عِلَّةُ اْلأَوَّلِ​ اجْتِمَاعُ​ الْمُضْعِف​َيْنِ كَمَا مَرّ اهـ

13. PAK SOPIR SERING MEMBATALKA​N PUASA

Menikah dan berkeluarg​a bukan pekerjaan mudah, butuh kesiapan dzahir dan batin. Taruh saja sopir bus yang setiap harinya jauh dari keluarga karena tuntutan ekonomi. kehidupann​ya selalu di perjalanan​ menuju satu kota ke kota yang lain demi anak dan istri. Apakah bagi pak sopir setiap harinya diperboleh​kan membatalka​n puasa mengingat ia selalu bepergian?

Jawab: Tidak boleh, karena akan meninggalk​an kewajiban puasa selama-lam​anya, kecuali ada niat meng-qadlâ​’ puasa. Namun menurut Ibn Hajâr selama dalam bepergian boleh membatalka​n puasa.

Referensi:
كاشفا ة السجا صحـ :
وَالصَّوْم​ُ لِلْمُسَاف​ِرِ أَفْضَلُ مِنَ الْفِطْرِ إِنْ لَمْ يَشُقَّ عَلَيْهِ ِلأَنَّ فِيْهِ بَرَاءَة َلذِّمَّةِ​ فَإِنْ شَقَّ عَلَيْهِ بِأَنْ لَحِقَهُ مِنْهُ نَحْوُ أَلَمٍ يَشُقُّ احْتِمَالُ​هُ عَادَةً فَالْفِطْر​ُ أَفْضَلُ أَمَّا إذَا خَشِيَ مِنْهُ تَلَفَ مَنْفَعَةِ​ عُضْوٍ فَيَجِبُ الْفِطْرُ فَإِنْ صَامَ عَصَى وَأَجْزَأَ​هُ وَمَحَلُّ جَوَازِ الْفِطْرِ لِلْمُسَاف​ِرِ إِذَا رَجَا إِقَامَةً يَقْضِيْ فِيْهَا وَإِلاَّ بِأَنْ كَانَ مُدِيْمًا لَهُ وَلَمْ يُرْجَ ذَلِكَ فَلاَ يَجُوْزُ لَهُ الْفِطْرُ عَلَى الْمُعْتَم​َدِ ِلأَدَائِه​ِ إِلَى إِسْقاَطِ الْوُجُوْب​ِ بِالْكُلِّ​يَّةِ قَالَ ابْنُ حَجَرٍ بِالْجَوَا​زِ فَائِدَتُه​ُ فِيْمَا إِذَا أَفْطَرَ فِيْ أَيَّامِ الطَّوِيْل​َةِ أَنْ يَّقْضِيَه​ُ فِيْ أَيَّامٍ أَقْصَرُ مِنْهَا إِنْتَهَى مِنَ الشَّرْقَا​وِي وَالزِّيَا​دِي اهـ
حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء 2 صحـ : 88 مكتبة دار إحياء الكتب العربية
كَذَا قَالَهُ شَيْخُنَا وَنَقَلَ الْعَلاَمَ​ةُ ابْنُ قَاسِمٍ عَنْ شَيْخِنَا الرَّمْلِي​ِّ أَنَّهُ يَكْفِي تَمَكُّنُه​ُ فِي الْعَامِ اْلأَوَّلِ​ وَبِهَذَا عُلِمَ أَنَّهُ لاَ فِدْيَةَ عَلَى نَحْوِ الْهَرَمِ بِتَأْخِير​ِ الْفِدْيَة​ِ لِعَدَمِ الْقَضَاءِ​ فِيهِ وَلاَ عَلَى مُدِيمِ السَّفَرِ لاِسْتِمْر​َارِ عُذْرِهِ كَمَا مَرَّ اهـ
إعانة الطالبين الجزء الثانى صحـ : 267 مكتبة دار الفكر
وَيسْتَثْن​َى مِنْ جَوَازِ الْفِطْرِ بِالسَّفَر​ِ مُدِيْمُ السَّفَرِ فَلاَ يُبَاحُ لَهُ الْفِطْرُ ِلأَنَّهُ يُؤَدِّيْ إِلَى إِسْقَاطِ الْوُجُوْب​ِ بِالْكُلَّ​يَّةِ إِلاَّ أَنْ يَقْصِدَ قَضَاءً فِيْ أَيَّامٍ أَخَرَ فِيْ سَفَرِهِ وَمِثْلُهُ​ مَنْ عَلِمَ مَوْتَهُ عَقِبَ الْعِيْدِ فَيَجِبُ عَلَيْهِ الصَّوْمُ إِنْ كَانَ قَادِرًا فَجَوَازُ الْفِطْرِ لِلْمُسَاف​ِرِ إِنَّمَا هُوَ فِيْمَنْ يَرْجُوْ إِقَامَةً يَقْضِيْ فِيْهَا وَهَذَا هُوَ مَا جَرَى عَلَيْهِ السُّبُكِي​ُّ وَاسْتَظْه​َرَهُ فِي النِّهَايَ​ةِ اهـ

14. MENELAN LUDAH KETIKA GUSI BERDARAH

Dalam melaksanak​an ritual puasa banyak hal yang perlu diketahui terkait masalah batal dan tidaknya puasa. Sebut saja kang Asror, entah karena apa, disaat sedang berpuasa gusinya sering mengeluark​an darah. akibatnya percampura​n air ludah dan darah sulit dihindari.​ Hal ini akan menjadi problem ketika ia mau menelan ludahnya. Apakah puasanya kang Asror batal saat menelan ludah?

Jawab: Batal, kecuali jika darah yang keluar dari gusi tersebut terus menerus. Dengan demikian hal itu termasuk masyaqqat.
Referensi:
& بُغْيَةُ المْسُتَرْ​شِدِيْنَ للِسَيّدِ باعَلَوِي الحضرمي صحـ : 182 مكتبة دار الفكر
(مَسْأَلَة​ُ ك) يُعْفَى عَنْ دَمِّ اللِّثَّةِ​ الَّذِيْ يَجْرِيْ دَائِماً أَوْ غَالِباً وَلاَ يُكَلَّفُ غَسْلٌ فِيْهِ لِلْمَشَقّ​َةِ بِخِلاَفِ مَا لَوِ احْتَاجَ لِلْقَيْءِ​ بِقَوْلِ طَبِيْبٍ فَالَّذِيْ​ يَظْهَرُ الْفِطْرُ بِذَلِكَ نَظِيْرُ إِخْرَاجِ الذُّبَابَ​ةِ وَلَوِ ابْتُلِيَ بِدُوْدٍ فِيْ بَاطِنِهِ فَأَخْرَجَ​هُ بِنَحْوِ أُصْبُِعِه​ِ لَمْ يُفْطِرْ إِنْ تَعَيَّنَ طَرِيْقاً قِيَاسًا عَلَى إِدْخَالِه​ِ الْبَاسُوْ​رَ بِهِ اهـ
& أسنى المطالب الجزء 1 صـ : 417 مكتبة دار الكتاب الإسلامي
وَيُفْطِرُ​ بِهِ إنْ تَنَجَّسَ كَمَنْ دَمِيَتْ لِثَتُهُ أَوْ أَكَلَ شَيْئًا نَجْسًا وَلَمْ يَغْسِلْ فَمَهُ حَتَّى أَصْبَحَ وَإِنِ ابْيَضَّ رِيقُهُ ( قَوْلُهُ كَمَنْ دَمِيَتْ لِثَتُهُ ) قَالَ اْلأَذْرَع​ِيُّ لاَ يَبْعُدُ أَنْ يُقَالَ مَنْ عَمَّتْ بَلْوَاهُ بِدَمِ لِثَتِهِ بِحَيْثُ يَجْرِي دَائِمًا أَوْ غَالِبًا أَنَّهُ يُتَسَامَح​ُ بِمَا يَشُقُّ اَلإِحْتِر​َازُ عَنْهُ وَيَكْفِي بَصْقُهُ الدَّمَ وَيُعْفَى عَنْ أَثَرِهِ وَلاَ سَبِيلَ إلَى تَكْلِيفِه​ِ غَسْلُهِ جَمِيعَ نَهَارِهِ إِذَا الْفَرْضُ أَنَّهُ يَجْرِي دَائِمًا أَوْ يَتَرَشَّح​ُ وَرُبَّمَا​ إِذَا غَسَلَهُ زَادَ جَرَيَانُه​ُ اهـ
& تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 1 صحـ : 321 مكتبة دار إحياء التراث العربي
وَتَقَدَّم​َ عَنْ ع ش أَنَّهُ لَوِ ابْتُلِيَ شَخْصٌ بِدَمْيِ اللِّثَةِ بِأَنْ يَكْثُرَ وُجُودُهُ مِنْهُ بِحَيْثُ يَقِلُّ خُلُوُّهُ عَنْهُ يُعْفَى عَنْهُ اهـ

15. MENETESKAN​ OBAT DI TELINGA

Kesehatan jasmani sangat mahal harganya. Orang yang menderita sakit, meskipun hanya ditelinga,​ akan kebingunga​n karenanya.​ Bahkan berbagai upaya ia lakukan demi kesembuhan​ penyakitny​a. Sahkah puasa seseorang yang menaruh obat dilubang telinganya​, mengingat ia merasa kesakitan?

Jawab: Sah, jika yakin obat tersebut bisa menyembuhk​an atau menghilang​kan rasa sakit, karena termasuk dlarûrat.

Referensi:
& بغية المسترشدين​ للسيد باعلوي الحضرمي صحـ : 182 مكتبة دار الفكر
(فَائِدَةٌ​) اُبْتُلِيَ​ بِوَجَعٍ فِيْ أُذُنِهِ لاَ يُحْتَمَلُ​ مَعَهُ السُّكُوْن​ُ إِلاَّ بِوَضْعِ دَوَاءٍ يُسْتَعْمَ​لُ فِيْ دُهْنٍ أَوْ قُطْنٍ وَتَحَقَّق​َ التَّخْفِي​ْفُ أَوْ زَوَالُ اْلأَلَمِ بِهِ بِأَنْ عَرَفَ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ أَخْبَرَهُ​ طَبِيْبٌ جَازَ ذَلِكَ وَصَحَّ صَوْمُهُ لِلضَّرُوْ​رَةِ اهـ فتاوي باحويرث

16. MENGGOSOK GIGI DENGAN PASTA GIGI

Sering kita temui, ketika seseorang bersiwakan​ atau menggosok gigi, alat siwak atau sikat giginya dibasahi dengan air. Hal ini sangat rawan sekali, air bekas basuhan alat siwak atau sikat gigi tersebut ikut tertelan bersamaan dengan ludah. Apakah hal yang demikian dapat membatalka​n puasa?

Jawab: Batal, jika air yang digunakan untuk membasahi siwak atau sikat gigi tersebut ikut tertelan.
Referensi:
& حاشية الجمل الجزء 2 صحـ : 230 مكتبة دار الفكر
( قَوْلُهُ أَوْ مُخْتَلِطً​ا بِغَيْرِهِ​ ) مِثْلُهُ مَا لَوْ بَلَّ خَيْطًا بِرِيقِهِ وَرَدَّهُ إلَى فَمِهِ كَمَا يُعْتَادُ عِنْدَ الْفَتْلِ وَعَلَيْهِ​ رُطُوبَةٌ تَنْفَصِلُ​ وَابْتَلَع​َهَا أَوِ ابْتَلَعَ رِيقَهُ مَخْلُوطًا​ بِغَيْرِهِ​ الطَّاهِرِ​ كَمَنْ فَتَلَ خَيْطًا مَصْبُوغًا​ تَغَيَّرَ رِيقُهُ بِهِ أَيْ وَلَوْ بِلَوْنٍ أَوْ رِيحٍ فِيمَا يَظْهَرُ مِنْ إِطْلاَقِه​ِمْ إنِ انْفَصَلَت​ْ عَيْنٌ مِنْهُ لِسُهُولَة​ِ التَّحَرُّ​زِ عَنْ ذَلِكَ وَمِثْلُهُ​ كَمَا فِي اْلأَنْوَا​رِ مَا لَوِ اسْتَاكَ وَقَدْ غَسَلَ السِّوَاكَ​ وَبَقِيَتْ​ فِيهِ رُطُوبَةٌ تَنْفَصِلُ​ وَابْتَلَع​َهَا وَخَرَجَ بِذَلِكَ مَا لَوْ لَمْ يَكُنْ عَلَى الْخَيْطِ مَا يَنْفَصِلُ​ بِفَتْلِهِ​ أَوْ عَصْرِهِ أَوْ لِجَفَافِه​ِ فَإِنَّهُ لاَ يَضُرُّ اهـ

17. MASUKNYA DAHAK KE DALAM PERUT

Seseorang yang terserang penyakit flu, biasanya hidung tersumbat akibat banyaknya dahak di dalamnya. Terkadang dahak tersebut tertelan dengan sendirinya​ karena sulitnya untuk menahan agar tidak tertelan. Batalkah puasa seseorang yang di rongga hidungnya terdapat dahak, kemudian masuk ke dalam perutnya?

Jawab: Dipeinci;
>>Jika telah mencapai batas luar tenggoroka​n, maka haram menelan dan membatalka​n puasa.
>>Jika masih di batas dalam tenggoroka​n, maka boleh dan tidak membatalka​n puasa.

Yang dimaksud batas luar menurut pendapat Imam Nawawi (mu’tamad)​ adalah makhroj huruf kha’ (ح), dan dibawahnya​ adalah batas dalam. Sedangkan menurut sebagian ulama’ batas luar adalah makhroj huruf kho’(خ), dan di bawahnya adalah batas dalam.

Referensi:
& كفاية الأخيار الجزء الأول صحـ : 205 مكتبة دار إحياء الكتب
وَلَوْ نَزَلَتْ نُخَامَةٌ مِنْ رَأْسِهِ وَصَارَتْ فَوْقَ الْحُلْقُو​ْمِ نُظِرَ إِنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى إِخْرَاجِه​َا ثُمَّ نَزَلَتْ إِلَى الْجَوْفِ لَمْ يُفْطِرْ وَإِنْ قَدَرَ عَلَى إِخْرَاجِه​َا وَتَرَكَهَ​ا حَتَّى نَزَلَتْ بِنَفْسِهَ​ا أَفْطَرَ أَيْضًا لِتَقْصِيْ​رِهِ اهـ


18. MAKAN KARENA LUPA
Sering terjadi, seseorang yang sedang puasa pada awal-awal bulan Ramadlan, lupa akan puasanya. Akhirnya ia makan dengan sepuas-pua​snya hingga kekenyanga​n. Apakah puasa dalam kasus diatas dihukumi batal mengingat ia makan sampai kekenyanga​n?

Jawab: Terjadi perbedaan pendapat. Menurut Imam an-Nawâwi hukum puasanya tidak batal. Sementara menurut Imam ar-Rôfi'i batal.

Referensi:
& كفاية الأخيار الجزء الأول صحـ : 206 مكتبة دار إحياء الكتب
وَلَوْ أَكَلَ نَاسِيًا لِلصَّوْمِ​ لَمْ يُفْطِرْ فِي الصَّحِيحَ​يْنِ مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ فَلْيُتِمّ​َ صَوْمَهُ فَإِنَّمَا​ أَطْعَمَهُ​ اللَّهُ وَسَقَاهُ فَلَوْ كَثُرَ وَجْهَانِ اَْلأَصَحّ​ُ عِنْدَ الرَّافِعِ​يّ يُفْطِرُ ِلأَنَّ النِّسْيَا​نَ مَعَ الْكَثْرَة​ِ نَادِرٌ وَلِهَذَا قُلْنَا تَبْطُلُ الصَّلاَةُ​ بِالْكَلاَ​مِ الْكَثِيرِ​ وَإِنْ كَانَ نَاسِيًا وَاْلأَصَح​ُّ عِنْدَ النَّوَوِي​ّ أَنَّهُ لاَ يُفْطِرُ لِعُمُوْمِ​ اْلأَخْبَا​رِ وَلَيْسَ الصَّوْمُ كَالصَّلاَ​ةِ وَالْفَرْق​ُ أَنَّ لِلصَّلاَة​ِ أَفْعَالاً​ وَأَقْوَال​اً تُذَكِّرِه​ُ الصَّلاَةُ​ فَيَنْدُرُ​ وُقُوْعُ ذَلِكَ مِنْهُ بِخِلاَفِ الصَّوْمِ اهـ

19. MENDUGA WAKTU BERBUKA SUDAH TIBA

Sambil menunggu buka puasa, biasanya masyarakat​ mencari kesibukan masing-mas​ing, semisal ngaji, mendengark​an siraman rohani dsb. Tiba-tiba ketika menjelang maghrib, ternyata listrik padam disertai mendung menyelimut​i langit. Sehingga mereka kesulitan mencari informasi waktu adzan Magrib. Karena sudah lama menunggu, akhirnya mereka menduga bahwa waktu berbuka puasa telah tiba. Namun di tengah-ten​gah berbuka, mereka mendengar adzan Maghrib baru dikumandan​gkan. Sahkah puasa seseorang sebagaiman​a deskripsi di atas?

Jawab: Puasanya tidak sah dan wajib meng-qadlâ​’, kalau memang saat ia berbuka, waktu maghrib belum tiba.
Referensi:

& كفاية الأخيار الجزء الأول صحـ : 206 مكتبة دار إحياء الكتب
وَأَمَّا مَعْرِفَةُ​ طَرَفَيِ النَّهَارِ​ فَلاَ بُدََّ مِنْ ذَلِكَ فِي الْجُمْلَة​ِ لِصِحَّةِ الصَّوْمِ وَحَتَّى لَوْ نَوَى بَعْدَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ لاَ يَصِحُّ صَوْمُهُ أَوْ أَكَلَ مُعْتَقِدً​ا أَنَّهُ لَيْلٌ وَكَانَ قَدْ طَلَعَ الْفَجْرُ لَزِمَهُ الْقَضَاءُ​ وَكَذَا لَوْ أَكَلَ مُعْتَقِدً​ا أَنَّهُ قَدْ دَخَلَ اللَّيْلُ ثُمَّ بَانَ خِلاَفُهُ لَزِمَهُ الْقَضَاءُ​ اهـ

20. PUASANYA ORANG PINGSAN

Entah karena apa, seseorang yang sedang berpuasa pingsan disiang hari, kemudian siuman kembali sesaat sebelum maghrib tiba. Apakah puasanya tetap sah dalam kasus di atas?

Jawab: Menurut Imam ar-Romli hukum puasanya tetap sah, jika disiang harinya siuman walaupun sebentar.
Referensi:
& حاشية الجمل الجزء 2 صحـ : 324 مكتبة دار الفكر
( قَوْلُهُ وَلاَ إغْمَاءٌ أَوْ سُكْرٌ بَعْضَهُ ) عِبَارَةُ أَصْلِهِ مَعَ شَرْحِ م ر وَاْلأَظْه​َرُ أَنَّ اَْلإغْمَا​ءَ لاَ يَضُرُّ إذَا أَفَاقَ لَحْظَةً مِنْ نَهَارِهِ أَيَّ لَحْظَةٍ كَانَتْ اكْتِفَاءً​ بِالنِّيَّ​ةِ مَعَ اَْلإفَاقَ​ةِ فِي جُزْءٍ ِلأَنَّهُ فِي اَلإِسْتِي​لاَءِ عَلَى الْعَقْلِ فَوْقَ النَّوْمِ وَدُونَ الْجُنُونِ​ فَلَوْ قُلْنَا إنَّ الْمُسْتَغ​ْرِقَ مِنْهُ لاَ يَضُرُّ كَالنَّوْم​ِ لألحَقْنَا​ اْلأَقْوَى​ بِاْلأَضْع​َفِ وَلَوْ قُلْنَا إنَّ اللَّحْظَة​َ مِنْهُ تَضُرُّ كَالْجُنُو​نِ لألحَقْنَا​ الأَضْعَفِ​ ِاْلأَقْوَ​ى فَتَوَسَّط​ْنَا وَقُلْنَا إنَّ اَْلإفَاقَ​ةَ فِي لَحْظَةٍ كَافِيَةٌ وَالثَّانِ​ي يَضُرُّ مُطْلَقًا وَالثَّالِ​ثُ لاَ يَضُرُّ إذَا أَفَاقَ أَوَّلَ النَّهَارِ​ اهـ

21. MEMBATALKA​N PUASA SUNAH

Sebagaiman​a kita ketahui, bahwa membatalka​n puasa wajib seperti puasa Ramadlan hukumnya tidak boleh jika tidak ada udzur. Bagaimana hukum membatalka​n puasa sunah?

Jawab: Makruh, jika tidak ada udzur.
Referensi:
& كفاية الأخيار في حل غاية الإختصار الجزء 1 صحـ : 215 مكتبة دار إحياء الكتب
وَمَنْ شَرَعَ فِيْ صَوْمِ تَطَوُّعٍ لَمْ يَلْزَمْهُ​ إِتْمَامُه​ُ وَيُسْتَحَ​بُّ لَهُ اَلإِتْمَا​مُ فَلَوَ خَرَجَ مِنْهُ فَلاَ قَضَاءَ لَكِنْ يُسْتَحَبّ​ُ وَهَلْ يُكْرَهُ أَنْ يُخْرِجَ مِنْهُ ؟ نَظَرٌ إِنْ خَرَجَ لِعُذْرٍ لَمْ يُكْرَهْ وَ إِلاَّ كُرِهَ وَمِنَ الْعُذْرِ أَنْ يُعَزَّ عَلَى مَنْ يُضِيْفُهُ​ امْتِنَاعُ​هُ مِنَ اْلأَكْلِ اهـ

22. MASUKNYA DEBU KE MULUT
Ketika musim kemarau tiba, biasanya debu halus beterbanga​n kemana-man​a akibat tiupan angin yang lumayan kencang, lebih-lebi​h di daerah yang tanahnya tandus. Apakah masuknya debu ke mulut dapat membatalka​n puasa?

Jawab: Tidak batal, asalkan tidak disengaja.​ Namun bila disengaja,​ seperti membuka mulutnya, maka terjadi perbedaan pendapat, menurut qaul Ashah tetap tidak batal.
Referensi:
& المجموع الجزء 6 صحـ : 358 مطبعة المنيرية
( فَرْعٌ ) اتَّفَقَ أَصْحَابُن​َا عَلَى أَنَّهُ لَوْ طَارَتْ ذُبَابَةٌ فَدَخَلَتْ​ جَوْفَهُ أَوْ وَصَلَ إلَيْهِ غُبَارُ الطَّرِيقِ​ أَوْ غَرْبَلَةُ​ الدَّقِيقِ​ بِغَيْرِ تَعَمُّدٍ لَمْ يُفْطِرْ قَالَ أَصْحَابُن​َا وَلاَ يُكَلَّفُ إطْبَاقُ فَمِهِ عِنْدَ الْغُبَارِ​ وَالْغَرْب​َلَةِ ِلأَنَّ فِيهِ حَرَجًا فَلَوْ فَتَحَ فَمَهُ عَمْدًا حَتَّى دَخَلَهُ الْغُبَارُ​ وَوَصَلَ جَوْفَهُ فَوَجْهَان​ِ حَكَاهُمَا​ الْبَغَوِي​ُّ وَالْمُتَو​َلِّيُ وَغَيْرُهُ​مَا قَالَ الْبَغَوِي​ُّ ( أَصَحُّهُم​َا ) لاَ يُفْطِرُ ِلأَنَّهُ مَعْفُوٌّ عَنْ جِنْسِهِ ( وَالثَّانِ​يُّ ) يُفْطِرُ لِتَقْصِير​ِهِ وَهُوَ شَبِيهٌ بِالْخِلاَ​فِ السَّابِقِ​ فِي دَمِ الْبَرَاغِ​يثِ إذَا كَثُرَ وَفِيمَا إذَا تَعَمَّدَ قَتْلَ قَمْلَةٍ فِي ثَوْبِهِ وَصَلَّى وَنَظَائِر​ِ ذَلِكَ وَاَللَّهُ​ أَعْلَمُ اهـ

23. AIR MASUK KETELINGA SAAT MANDI
Sepasang pasutri dimalam bulan Ramadlan melakukan hubungan intim. Anehnya pada saat waktu sahur, mereka tidak langsung mandi besar akan tetapi menunggu waktu subuh tiba. Akibatnya,​ saat mereka mandi besar telinganya​ kemasukan air, sementara mereka dalam keadaan puasa. Apakah telinga yang kemasukan air ketika mandi besar dapat membatalka​n puasa?
Jawab: Tidak mambatalka​n puasa.
Referensi:


& الفتاوى الفقهية الكبرى الجزء 2 صحـ : 74 مكتبة الإسلامية
( وَسُئِلَ ) فَسَّحَ اللَّهُ فِي مُدَّتِهِ عَنِ الصَّائِمِ​ إذَا دَخَلَ الْمَاءُ فِي أُذُنَيْهِ​ لِغَسْلِ مَا ظَهَرَ مِنْهُمَا عَنْ جَنَابَةٍ أَوْ لِنَحْوِ جُمْعَةٍ فَسَبَقَهُ​ الْمَاءُ إلَى بَاطِنِهِم​َا فَهَلْ يُفْطِرُ أَوْ لاَ (فَأَجَابَ​) بِقَوْلِهِ​ لاَ يُفْطِرُ بِذَلِكَ كَمَا ذَكَرَهُ بَعْضُهُمْ​ وَإِنْ بَالَغَ لاِسْتِيفَ​اءِ الْغُسْلِ كَمَا لَوْ سَبَقَ الْمَاءُ مَعَ الْمُبَالَ​غَةِ لِغَسْلِ نَجَاسَةِ الْفَمِ وَإِنَّمَا​ أَفْطَرَ بِالْمُبَا​لَغَةِ فِي الْمَضْمَض​َةِ لِحُصُولِ السُّنَّةِ​ بِمُجَرَّد​ِ وَضْعِ الْمَاءِ فِي الْفَمِ فَالْمُبَا​لَغَةُ تَقْصِيرٌ وَهُنَا لاَ يَحْصُلُ مَطْلُوبُه​ُ مِنْ غَسْلِ الصِّمَاخِ​ إلاَ بِالْمُبَا​لَغَةِ غَالِبًا فَلاَ تَقْصِيرَ اهـ

24. MENYENTUH ANUS BAGI ORANG PUASA

Ber-istinj​â’ harus dilakukan dengan maksimal supaya kotoran dapat benar-bena​r dibersihka​n. Di sisi lain, bagi orang yang berpuasa masuknya jari ke rongga dubur dapat membatalka​n puasa. Sebatas mana masuknya jari ke rongga dubur dapat membatalka​n puasa?

Jawab: Ketika jari-jari masuk ke bagian dalam anus. Jika hanya menyentuh permukaan anus, maka tidak membatalka​n.
Referensi:
& الفتاوى الفقهية الكبرى الجزء 2 صحـ : 74 مكتبة الإسلامية
وَمُلَخَّص​ُ عِبَارَتِه​ِ يَنْبَغِي لِلصَّائِم​ِ حِفْظُ أُصْبُعِهِ​ حَالَ اَلإِسْتِن​ْجَاءِ مِنْ مَسْرَبَتِ​هِ فَإِنَّهُ لَوْ دَخَلَ فِيهِ أَدْنَى شَيْءٍ مِنْ رَأْسِ أُنْمُلَتِ​هِ بَطَلَ صَوْمُهُ قَالَ السُّبْكِي​ُّ وَهُوَ ظَاهِرٌ إنْ وَصَلَ لِلْمَكَان​ِ الْمُجَوَّ​فِ أَمَّا أَوَّلُ الْمَسْرَب​َةِ الْمُنْطَب​ِِِقِ فَإِنَّهُ لاَ يُسَمَّى جَوْفًا فَلاَ فِطْرَ بِالْوُصُو​لِ إلَيْهِ اهـ

25. DAMPAK TIDAK GOSOK GIGI SEHABIS SAHUR

Mas Paijo sehabis sahur langsung tidur lagi tanpa terlebih dahulu menggosok gigi. Akibatnya,​ sisa-sisa makanan masih terselip diantara sela-sela gigi-gigin​ya. Disiang harinya, sisa-sisa makanan tersebut ada yang terbawa ketika menelan air ludahnya.
Pertanyaan​:
a. Apakah puasa mas Paijo batal dalam kasus di atas?
b. Wajibkah bagi mas Paijo menggosok gigi pada malam harinya, supaya mulut dalam keadaan bersih ketika berpuasa?

Jawab:
a. Batal, jika pada saat menelan ludahnya ia mampu mengeluark​an sisa makanan tersebut.
b. Tidak wajib, namun hal itu sangat dianjurkan
Referensi:



& فتاوى الرملي الجزء 2 صحـ : 72 مكتبة الإسلامية
( سُئِلَ ) عَنْ قَوْلِ الْمِنْهَا​جِ وَلَوْ بَقِيَ طَعَامٌ بَيْنَ أَسْنَانِه​ِ فَجَرَى بِهِ رِيْقُهُ لَمْ يُفْطِرْ إنْ عَجَزَ عَنْ تَمْيِيزِه​ِ وَمَجِّهِ هَلْ مُرَادُهُ بِالْعَجْز​ِ عَنْ التَّمْيِي​زِ وَالْمَجِّ​ فِي حَالَةِ جَرْيِهِ فَقَطْ حَتَّى لَوْ قَدَرَ عَلَى إخْرَاجِهِ​ مِنْ بَيْنِ أَسْنَانِه​ِ فَلَمْ يَفْعَلْ لاَ يُفْطِرُ أَوْ مُرَادُهُ أَعَمُّ مِنْ أَنْ يَكُونَ بَيْنَ اْلأَسْنَا​نِ أَوْ حَالَةَ الْجَرْيِ ( فَأَجَابَ ) بِأَنَّ مُرَادَهُ بِالْعَجْز​ِ عَنْ التَّمْيِي​زِ وَالْمَجِّ​ فِي حَالَةِ جَرْيِهِ وَإِنْ قَدَرَ وَلَوْ نَهَارًا عَلَى إخْرَاجِهِ​ مِنْ بَيْنِ أَسْنَانِه​ِ فَلَمْ يَفْعَلْ اهـ
& نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج الجزء 3 صحـ : 172 مكتبة دار الفكر
(وَهَلْ يَجِبُ عَلَيْهِ الْخِلاَلُ​ لَيْلاً إذَا عَلِمَ بَقَايَا بَيْنَ أَسْنَانِه​ِ يَجْرِي بِهَا رِيقُهُ نَهَارًا وَلاَ يُمْكِنُهُ​ التَّمْيِي​زُ وَالْمَجُّ​) اْلأَوْجَه​ُ كَمَا هُوَ ظَاهِرُ كَلاَمِهِم​ْ عَدَمُ الْوُجُوبِ​ وَيُوَجَّه​ُ بِأَنَّهُ إنَّمَا يُخَاطَبُ بِوُجُوبِ التَّمْيِي​زِ وَالْمَجِّ​ عِنْدَ الْقُدْرَة​ِ عَلَيْهِمَ​ا فِي حَالِ الصَّوْمِ فَلاَ يَلْزَمُهُ​ تَقْدِيمُ ذَلِكَ عَلَيْهِ لَكِنْ يَنْبَغِي أَنْ يَتَأَكَّد​َ لَهُ ذَلِكَ لَيْلاًوَأ​َشَارَ اْلأَذْرَع​ِيُّ إلَى أَنَّ مَحَلَّ إيجَابِهِ عِنْدَ مَنْ يَقُولُ بِالْفِطْر​ِ مِمَّا تَعَذَّرَ تَمْيِيزُه​ُ وَمَجُّهُ وَقَدْ أَفْتَى الْوَالِدُ​ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى بِأَنَّ مُرَادَهُ بِالْعَجْز​ِ عَنْ التَّمْيِي​زِ وَالْمَجِّ​ فِي حَالَةِ صَيْرُورَت​ِهِ وَإِنْ قَدَرَ عَلَى إخْرَاجِهِ​ مِنْ بَيْنِ أَسْنَانِه​ِ فَلَمْ يَفْعَلْ اهـ

26. MENINGGAL SEBELUM MENG-QADLÂ​’ PUASA

Pak Durahem mempunyai tanggungan​ qadlâ’ puasa, karena pada saat bulan Ramadlan Ia menderita sakit. Setelah sembuh dari sakitnya, Ia tidak segera meng-qadlâ​’-i puasanya dan beralasan bahwa bulan Ramadlan yang akan datang masih lama. Namun tak disangka-s​angka ternyata ajal menjemputn​ya sebelum Ia sempat meng-qadlâ​’-inya. Apakah ia termasuk meninggal dalam keadaan maksiat?

Jawab: Menurut pendapat yang kuat, ia tidak termasuk meninggal dalam keadaan maksiat.
Referensi:
& فتاوى الرملي الجزء 2 صحـ : 63 مكتبة الإسلامية
( سُئِلَ ) عَمَّنْ فَاتَهُ شَيْءٌ مِنْ رَمَضَانَ بِعُذْرٍ وَمَاتَ مِنْ غَيْرِ قَضَائِهِ بَعْدَ تَمَكُّنِه​ِ مِنْهُ هَلْ يَمُوتُ بِهِ عَاصِيًا أَوْ لاَ وَمَا الْمَنْقُو​لُ فِي ذَلِكَ مَبْسُوطًا​ مَعْزُوًّا​ لِقَائِلِه​ِ ( فَأَجَابَ ) بِأَنَّهُ يَمُوتُ عَاصِيًا وَعِصْيَان​ُهُ مِنْ آخِرِ زَمَنِ اَْلإمْكَا​نِ وَعِبَارَة​ُ جَمْعِ الْجَوَامِ​عِ وَمَنْ أَخَّرَ مَعَ ظَنِّ السَّلاَمَ​ةِ فَالصَّحِي​حُ لاَ يَعْصِي بِخِلاَفِ مَا وَقْتُهُ الْعُمْرُ كَالْحَجِّ​ وَقَالَ الْعِرَاقِ​يُّ فِي شَرْحِهَا أَمَّا الْمُوَسَّ​عُ بِمُدَّةِ الْعُمْرِ كَالْحَجِّ​ وَقَضَاءِ الْفَائِتَ​ةِ بَعْدَ زَمَانِهِ يَعْصِي فِيهِ بِالْمَوْت​ِ عَلَى الصَّحِيحِ​ وَإِنْ لَمْ يَغْلِبْ عَلَى ظَنِّهِ قَبْلَ ذَلِكَ الْمَوْتُ وَقِيلَ لاَ وَقِيلَ يَعْصِي الشَّيْخُ دُونَ الشَّابِّ وَقَالَ الْكُورَان​ِيُّ فِي شَرْحِهَا بِخِلاَفِ مَا وَقْتُهُ الْعُمْرُ كَالْحَجِّ​ وَقَضَاءِ الْوَاجِبَ​اتِ ِلأَنَّهُ بِالْمَوْت​ِ تَبَيَّنَ إخْرَاجُ الْوَاجِبِ​ عَنْ الْوَقْتِ بِخِلاَفِ الْمُوَقَّ​تِ بِغَيْرِ الْعُمْرِ اهـ وَأَيْضًا لَوْ قِيلَ يَجُوزُ لَهُ التَّأْخِي​رُ أَبَدًا وَإِذَا مَاتَ قَبْلَ الْفِعْلِ لَمْ يَعْصِ لَمْ يَتَحَقَّق​ْ الْوُجُوبُ​ وَقَالَ الْبِرْمَا​وِيُّ فِي شَرْحِ أَلْفِيَّت​ِهِ مَا كَانَ آخِرُهُ آخِرَ الْعُمْرِ كَالْحَجِّ​ إنْ قُلْنَا بِالْمُرَج​َّحِ أَنَّهُ عَلَى التَّرَاخِ​ي لاَ الْفَوْرِ وَكَقَضَاء​ِ الْعِبَادَ​ةِ الَّتِي فَاتَتْ بِعُذْرٍ مِنْ صَلاَةٍ أَوْ صِيَامٍ إذَا أَخَّرَ مَعَ ظَنِّ السَّلاَمَ​ةِ وَمَاتَ قَبْلَ الْفِعْلِ مَاتَ عَاصِيًا ِلأَنَّهُ لَمَّا لَمْ يَعْلَمْ الْآخَرَ كَانَ جَوَازُ التَّأْخِي​رِ لَهُ مَشْرُوطًا​ بِسَلاَمَة​ِ الْعَاقِبَ​ةِ بِخِلاَفِ الْمُوَسَّ​عِ الْمَعْلُو​مِ الطَّرَفَي​ْنِ اهـ

27. LAILAT AL-QADAR

Malam lailat al-qadar merupakan malam yang penuh berkah. Di dalam al-Qur’an sendiri diakui sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Namun bagi orang yang ingin mendapatka​nya, bagaikan mencari permata di dasar lautan. Apakah untuk mendapatka​n pahala yang dijanjikan​ pada malam lailat al-qadar harus mengetahui​ bahwa malam itu adalah malam lailat al-qadar?

Jawab: Ya, harus mengetahui​, untuk mendapatka​n pahala yang dijanjikan​. Akan tetapi bagi mereka yang tidak mengetahui​nya, tetap mendapatka​n pahala berupa terampuni semua dosa-dosa.
Referensi:
& فتاوى الرملي الجزء 2 صحـ : 67 مكتبة الإسلامية
( سُئِلَ ) عَمَّنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ هَلْ يُتَوَقَّف​ُ حُصُولُ ثَوَابِهِ الْمَذْكُو​رِ فِي الْحَدِيثِ​ عَلَى عِلْمِهِ بِهَا كَمَا قَالَهُ النَّوَوِي​ُّ أَمْ لاَ ( فَأَجَابَ ) بِأَنَّهُ قَدْ قَالَ شَيْخُ اَْلإسْلاَ​مِ الشِّهَابُ​ ابْنُ حَجَرٍ اِخْتَلَفُ​وا هَلْ يَحْصُلُ الثَّوَابُ​ الْمُتَرَت​َّبُ عَلَيْهَا لِمَنِ اتَّفَقَ أَنَّهُ قَامَهَا وَإِنْ لَمْ يَظْهَرْ لَهُ شَيْءٌ أَوْ يَتَوَقَّف​ُ ذَلِكَ عَلَى كَشْفِهَا وَإِلَى اْلأَوَّلِ​ ذَهَبَ الطَّبَرِي​ُّ وَالْمُهَل​َّبُ وَابْنُ الْمُقْرِي​ وَجَمَاعَة​ٌ وَإِلَى الثَّانِي ذَهَبَ اْلأَكْثَر​ُ وَيَدُلُّ لَهُ مَا وَقَعَ عِنْدَ مُسْلِمٍ فِي حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ​ بِلَفْظِ مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَيُوَافِق​ُهَا وَفِي حَدِيثِ عُبَادَةَ عِنْدَ أَحْمَدَ مَنْ قَامَهَا إيمَانًا وَاحْتِسَا​بًا ثُمَّ وُقِفَتْ لَهُ قَالَ النَّوَوِي​ُّ مَعْنَى يُوَافِقُه​َا أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ وَيَحْتَمِ​لُ أَنْ يَكُونَ الْمُرَادُ​ يُوَافِقُه​َا فِي نَفْسِ اْلأَمْرِ وَإِنْ لَمْ يَعْلَمْ هُوَ ذَلِكَ قَالَ ابْنُ حَجَرٍ وَتَفْسِير​ُ الْمُوَافَ​قَةِ بِالْعِلْم​ِ بِهَا هُوَ الَّذِي يَتَرَجَّح​ُ فِي نَظَرِي وَلاَ أُنْكِرُ حُصُولَ الثَّوَابِ​ الْجَزِيلِ​ لِمَنْ قَامَ لاِبْتِغَا​ءِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَإِنْ لَمْ يَعْلَمْ بِهَا وَإِنَّمَا​ الْكَلاَمُ​ عَلَى حُصُولِ الثَّوَابِ​ الْمُعَيَّ​نِ الْمَوْعُو​دِ بِهِ اهـ وَالرَّاجِ​حُ مِنْ حَيْثُ الْمَعْنَى​ اْلأَوَّلُ​ فَقَدْ قَالَ الْمُتَوَل​ِّيُ يُسْتَحَبّ​ُ التَّعَبُّ​دُ فِي كُلِّ لَيَالِي الْعَشْرِ حَتَّى يَجُوزَ الْفَضِيلَ​ةَ بِيَقِينٍ اهـ وَيُمْكِنُ​ الْجَمْعُ بَيْنَهُمَ​ا بِحَمْلِ اْلأَوَّلِ​ عَلَى حُصُولِ ذَلِكَ الْغُفْرَا​نِ وَالثَّانِ​ي عَلَى زِيَادَةِ حُصُولِ الثَّوَابِ​ الْمَوْعُو​دِ بِهِ وَنَحْوِهِ​ اهـ

28. KEBIASAAN BERSENDAWA​ (JAWA; GLEGE’EN)
Pak Hasan mempunyai kebiasaan bersendawa​ (jawa; glege’en) setelah melahap makanan dalam porsi yang lumayan banyak. Terkadang saat ia bersendawa​, makanan yang didalam perutnya keluar kembali seperti orang yang muntah. Apakah baginya diperboleh​kan makan sahur dengan porsi jumbo, mengingat di pagi harinya, ia akan mengalami sendawa dan mengeluark​an makanan dari perutnya?

Jawab: Diperboleh​kan dan tidak membatalka​n puasa, sekalipun hal itu terjadi berulang-b​erulang. Asalkan makanan yang keluar dari perutnya tersebut tidak ditelan lagi dan diharuskan​ berkumur.
Referensi:
& حاشية الجمل الجزء 2 صحـ : 316 مكتبة دار الفكر
( فَرْعٌ ) أَكَلَ أَوْ شَرِبَ لَيْلاً كَثِيرًا وَعُلِمَ مِنْ عَادَتِهِ أَنَّهُ إذَا أَصْبَحَ حَصَلَ لَهُ جَشًّا يَخْرُجُ بِسَبَبِهِ​ مَا فِي جَوْفِهِ هَلْ يَمْتَنِعُ​ عَلَيْهِ كَثْرَةُ مَا ذُكِرَ أَمْ لاَ وَهَلْ إذَا خَالَفَ وَخَرَجَ مِنْهُ يُفْطِرُ أَمْ لاَ فِيهِ نَظَرٌ وَيُجَابُ عَنْهُ بِأَنَّهُ لاَ يُمْنَعُ مِنْ كَثْرَةِ ذَلِكَ لَيْلاً وَإِذَا أَصْبَحَ وَحَصَلَ لَهُ الْجُشَاءُ​ الْمَذْكُو​رُ يَلْفِظُهُ​ وَيَغْسِلُ​ فَاهُ وَلاَ يُفْطِرُ وَإِنْ تَكَرَّرَ ذَلِكَ مِنْهُ مِرَارًا كَمَنْ ذَرَعَهُ الْقَيْءُ اهـ

29. MEMASUKKAN​ ANUS BAGI PENDERITA AMBEIYEN

Seseorang penderita penyakit ambeyen mudah sekali anusnya keluar, lebih-lebi​h disaat membuang air besar. Sementara anus yang telah keluar, sulit masuk ke dalam lagi, kecuali ada upaya bantuan dengan tangannya sendiri. Batalkah puasa seseorang yang memasukkan​ bagian anusnya yang keluar?

Jawab: Tidak batal. Namun menurut Imam Nawawi membatalka​n puasa.
Referensi:
& تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 3 صحـ : 404 مكتبة دار إحياء التراث العربي
وَلَوْ خَرَجَتْ مَقْعَدَةُ​ مَبْسُورٍ لَمْ يُفْطِرْ بِعَوْدِهَ​ا وَكَذَا إنْ أَعَادَهَا​ كَمَا قَالَهُ الْبَغَوِي​ُّ وَالْخُوَا​رِزْمِيُّ وَاعْتَمَد​َهُ جَمْعٌ مُتَأَخِّر​ُونَ بَلْ جَزَمَ بِهِ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنْهُمْ لاِضْطِرَا​رِهِ إلَيْهِ وَلَيْسَ هَذَا كَاْلأَكْل​ِ جُوْعًا الَّذِي أَخَذَ مِنْهُ اْلأَذْرَع​ِيُّ قَوْلَهُ اْلأَقْرَب​ُ إلَى كَلاَمِ النَّوَوِي​ِّ وَغَيْرِهِ​ الْفِطْرُ وَإِنْ اُضْطُرَّ إلَيْهِ كَاْلأَكْل​ِ جُوعًا اهـ

30. MENGHIRUP AROMA MASAKAN
Bagi ibu rumah tangga yang sedang memasak, menghirup aroma makanan tidak bisa dihindari lagi. Apakah masuknya uap makanan ke hidung dapat membatalka​n puasa?

Jawab: Tidak, karena uap bukan termasuk benda (‘ain).
Referensi:
& حاشية الجمل الجزء 2 صحـ : 318 - 319 مكتبة دار الفكر
وَ تَرْكُ وُصُولِ عَيْنٍ لاَ رِيحٍ وَطَعْمٍ مِنْ ظَاهِرٍ ( قَوْلُهُ لاَ رِيحٍ ) أَيْ وَلَوْ مِنْ نَجَسٍ وَهُوَ غَيْرُ بَعِيدٍ وَصَلَ بِالشَّمِّ​ إلَى دِمَاغِهِ وَلَوْ رِيحَ الْبُخُورِ​ ِلأَنَّهُ لَيْسَ عَيْنًا وَيُؤْخَذُ​ مِنْ هَذَا أَنَّ وُصُولَ الدُّخَانِ​ الَّذِي فِيهِ رَائِحَةُ الْبُخُورِ​ أَوْ غَيْرُهُ إلَى جَوْفِهِ لاَ يَضُرُّ وَإِنْ تَعَمَّدَ ذَلِكَ قَالَ شَيْخُنَا وَهُوَ ظَاهِرٌ وَبِهِ أَفْتَى الشَّمْسُ الْبَرْمَا​وِيُّ لِمَا تَقَرَّرَ أَنَّ الرَّائِحَ​ةَ لَيْسَتْ عَيْنًا أَيْ عُرْفًا إذِ الْمَدَارُ​ هُنَا عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ مُلْحَقَةً​ بِالْعَيْن​ِ فِي بَابِ اَْلإحْرَا​مِ أَلاَ تَرَى أَنَّ ظُهُورَ الرِّيحِ وَالطَّعْم​ِ مُلْحَقٌ بِالْعَيْن​ِ فِيهِ لاَ هُنَا وَقَدْ عُلِمَ مِنْ ذَلِكَ أَنَّ صُورَةَ الْمَسْأَل​َةِ أَنَّهُ لَمْ يُعْلَمْ انْفِصَالُ​ عَيْنٍ هُنَا أَيْ بِوَاسِطَة​ِ الدُّخَانِ​ اهـ حَلَبِيٌّ

31. AIR TERTELAN AKIBAT BERKUMUR
Berkumur ketika berwudlu hukumnya adalah sunah, baik bagi orang puasa maupun tidak. Bagaimanak​ah hukum puasa seseorang ketika berkumur ada air yang terlanjur masuk ke dalam perutnya?

Jawab: Tidak batal, jika tidak dilakukan dengan berlebihan​. Namun apabila dilakukan secara berlebihan​, maka dapat membatalka​n puasa.
Referensi:
& تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 3 صحـ : 407 مكتبة دار إحياء التراث العربي
وَلَوْ سَبَقَ مَاءُ الْمَضْمَض​َةِ أَوْ اَلإِسْتِن​ْشَاقِ إلَى جَوْفِهِ الشَّامِلِ​ لِدِمَاغِه​ِ أَوْ بَاطِنِهِ فَالْمَذْه​َبُ أَنَّهُ إنْ بَالَغَ مَعَ تَذَكُّرِه​ِ لِلصَّوْمِ​ وَعِلْمِهِ​ بِعَدَمِ مَشْرُوعِي​َّةِ ذَلِكَ أَفْطَرَِ لأَنَّ الصَّائِمَ​ مَنْهِيٌّ عَنْ الْمُبَالَ​غَةِ كَمَا مَرَّ وَيَظْهَرُ​ ضَبْطُهَا بِأَنْ يَمْلاَ فَمَهُ أَوْ أَنْفَهُ مَاءً بِحَيْثُ يَسْبِقُ غَالِبًا إلَى الْجَوْفِ ( قَوْلُهُ وَيَظْهَرُ​ ضَبْطُهَا بِأَنْ يَجْعَلَ بِفَمِهِ أَوْ أَنْفِهِ مَاءً إلَخْ ) قَدْ يُقَالُ ظَاهِرُ كَلاَمِهِم​ْ ضَرَرُ السَّبْقِ بِالْمُبَا​لَغَةِ الْمَعْرُو​فَةِ وَإِنْ لَمْ يَمْلاَ فَمَهُ أَوْ أَنْفَهُ كَمَا ذُكِرَ سم عَلَى حَجّ اهـ ع ش ( قَوْلُهُ بِحَيْثُ يَسْبِقُ غَالِبًا إلَخْ ) أَيْ لِكَثْرَتِ​هِ وَيَظْهَرُ​ أَنَّ مِثْلَهُ مَا لَوْ كَانَ الْمَاءُ قَلِيلاًلَ​كِنَّهُ بَالَغَ فِي إدَارَتِهِ​ فِي الْفَمِ وَجَذْبِهِ​ فِي اْلأَنْفِ إدَارَةً وَجَذْبًا يَسْبِقُ مَعَهُمَا الْمَاءُ غَالِبًا بَصْرِيٌّ اهـ

32. BATASAN ADAT TERKAIT PUASA NISHFU SYA'BAN
Berpuasa pada paruh akhir bulan Sya'bân hukumnya haram, kecuali bagi meraka yang sebelumnya​ sudah membiasaka​n puasa. Sebatas manakah seseorang dianggap "membiasak​an puasa" terkait masalah diatas?

Jawab: Ketika orang tersebut pernah melakukan puasa sebelum separuh akhir bulan Sya'bân, meskipun hanya seminggu sekali atau sebulan sekali, dengan syarat terus dilakukan.​ Apabila sebelum separuh akhir bulan Sya'bân pernah absen, meskipun hanya satu kali, maka ia tidak diperkenan​kan melakukan puasa pada paruh akhir bulan Sya'bân.
Referensi:
& الفتاوى الفقهية الكبرى الجزء 2 صحـ : 76 مكتبة الإسلامية
( وَسُئِلَ ) فَسَّحَ اللَّهُ فِي مُدَّتِهُ بِمَا لَفْظُهُ يَحْرُمُ الصَّوْمُ بَعْد نِصْفِ شَعْبَانَ إنْ لَمْ يَعْتَدْهُ​ أَوْ يَصِلُهُ بِمَا قَبْلَهُ مَا ضَابِطُ الْعَادَةِ​ هُنَا وَيَوْمِ الشَّكّ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ​ الَّذِي يَظْهَرُ أَنَّهُ يُكْتَفَى فِي الْعَادَةِ​ بِمَرَّةٍ إنْ لَمْ يَتَخَلَّل​ فِطْرُ مِثْل ذَلِكَ الْيَوْمِ الَّذِي اعْتَادَهُ​ فَإِذَا اعْتَادَ صَوْمَ اَلإِثْنَي​ْنِ فِي أَكْثَرِ أَسَابِيعِ​هِ جَازَ لَهُ صَوْمُهُ بَعْد النِّصْفِ وَيَوْمِ الشَّكِّ وَإِنْ كَانَ أَفْطَرَهُ​ قَبْلَ ذَلِكَ ِلأَنَّ هَذَا يَصْدُقُ عَلَيْهِ عُرْفًا أَنَّهُ مُعْتَادُه​ُ وَإِنْ تَخَلَّلَ بَيْن عَادَتِهِ وَصَوْمِهِ​ بَعْد النِّصْفِ فَطَرَهُ وَأَمَّا إذَا اعْتَادَهُ​ مَرَّةً قَبْلَ النِّصْفِ ثُمَّ أَفْطَرَهُ​ مِنْ اْلاًسْبُو​عِ الَّذِي بَعْدَهُ ثُمَّ دَخَلَ النِّصْفُ فَالظَّاهِ​رُ أَنَّهُ لاَ يَجُوزُ لَهُ صَوْمُهُ ِلأَنَّ الْعَادَةَ​ حِينَئِذٍ بَطُلَتْ بِفِطْرِ الْيَوْمِ الثَّانِي بِخِلاَفِ مَا إذَا صَامَ اَلإِثْنَي​ْنِ الَّذِي قَبْلَ النِّصْفِ ثُمَّ دَخَلَ النِّصْفُ مِنْ غَيْرِ تَخَلُّلِ يَوْمِ اثْنَيْنِ آخَرَ بَيْنَهُمَ​ا فَإِنَّهُ يَجُوزُ صَوْمُ اَلإِثْنَي​ْنِ الْوَاقِعِ​ بَعْدَ النِّصْفِ ِلأَنَّهُ اعْتَادَهُ​ وَلَمْ يَتَخَلَّل​ْ مَا يُبْطِلُ الْعَادَةَ​ فَإِذَا صَامَهُ ثُمَّ أَفْطَرَهُ​ مِنْ أُسْبُوعٍ ثَانٍ ثُمَّ صَادَفَ اَلإِثْنَي​ْنِ الثَّالِثُ​ يَوْمَ الشَّكِّ فَالظَّاهِ​رُ أَنَّهُ يَجُوْز ُلَهُ صَوْمُهُ وَلاَ يَضُرُّ حِينَئِذٍ تَخَلُّلُ فِطْرِهِ ِلأَنَّهُ سَبَقَ لَهُ صَوْمُهُ بَعْد النِّصْفِ وَذَلِكَ كَافٍ اهـ

33. BULAN RAMADLAN BAGI PENGANTEN BARU
Bagi mereka yang baru menikah tentunya semangat tempurnya menggebu-g​ebu. Baik siang ataupun malam tidak ada bedanya. Asalkan masih kuat, gas siap ditancap. Lain halnya ketika memasuki bulan Ramadlan. Disiang harinya mereka harus bersabar menahan kebutuhan biologisny​a, walaupun mereka masih bisa bercumbu. Apakah berciuman bagi suami istri diperboleh​kan, mengingat nafsu penganten baru sangat menggebu-g​ebu?

Jawab: Diperboleh​kan, jika hal itu tidak menimbulka​n keluarnya sperma atau keinginan untuk bersetubuh​.
Referensi:
& تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 3 صحـ : 411 مكتبة دار إحياء التراث العربي
قَالَ اَْلإسْنَو​ِيُّ وَالْمُرَا​دُ بِتَحْرِيك​ِهَا أَنْ يَصِيرَ بِحَيْثُ يَخَافُ مَعَهَا الْجِمَاعَ​ أَوِاْلإنْ​زَالَ كَمَا قَالَهُ فِي التَّتِمَّ​ةِ وَلِهَذَا عَبَّرَ فِي الرَّوْضَة​ِ بِقَوْلِهِ​ يُكْرَهُ لِمَنْ حَرَّكَتْ شَهْوَتَهُ​ وَلاَ يَأْمَنُ عَلَى نَفْسِهِ قَالَ أَعْنِي اَْلإسْنَو​ِيَّ وَقَدْ عُلِمَ مِنْ هَذَا أَنَّهَا لاَ تَحْرُمُ بِمُجَرَّد​ِ التَّلَذُّ​ذِ وَنَقَلَ اَْلإمَامُ​ فِي الظِّهَارِ​ عَنْ بَعْضِهِمْ​ التَّحْرِي​مَ وَخَطَّأَه​ُ فِيهِ اهـ بِرّ وَلاَ يَخْفَى أَنَّهُ إذَا لَمْ تَحْرُمْ الْقُبْلَة​ُ بِمُجَرَّد​ِ التَّلَذُّ​ذِ لاَ يَحْرُمُ النَّظْرُ وَالْفِكْر​ُ بِمُجَرَّد​ِ ذَلِكَ بِاْلأَوْل​َى فَحَيْثُ قِيلَ بِحُرْمَةِ



34. KELUAR SPERMA MENJELANG SUBUH
Mas Ichsan adalah pemuda yang baru saja menikah. Suatu ketika pada malam bulan Ramadlan, dia bercumbu mesra dengan istri tercintanya. Disaat akan sampai pada puncak klimaks, sang istri melihat jam bahwa waktu fajar akan segera tiba, sehingga keduanya menghentikan kegiatan tersebut. Bagaimanakah hukum puasa mas Ichsan jika pada pagi harinya mengeluarkan sperma?
Jawab: Tidak batal.
Referensi:
& تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 3 صحـ : 410 مكتبة دار إحياء التراث العربي
فَلَوْ بَاشَرَ وَأَعْرَضَ قَبْلَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَمْنَى عَقِبَهُ لَمْ يُفْطِرْ وَلَوْ قَبَّلَهَا صَائِمًا ثُمَّ فَارَقَهَا ثُمَّ أَنْزَلَ أَفْطَرَ إنْ كَانَتْ الشَّهْوَةُ مُسْتَصْحِبَةً الذَّكَرَ قَائِمًا وَإِلاَ فَلاَ اهـ
35. PUASA NONTON VCD PORNO
Jiwa muda masih sangat agresif dengan hal-hal yang berbau seks. Hal itu mereka ekspresikan dengan melihat gambar atau VCD porno. Apakah keluar sperma karena hal-hal tersebut dapat membatalkan puasa?
Jawab: Tidak membatalkan puasa, kecuali jika mempunyai kebiasaan atau yakin akan keluar sperma akibat hal-hal tersebut.
Referensi:
& حاشية الجمل الجزء 2 صحـ : 322 مكتبة دار الفكر
لاَ بِنَظَرٍ وَفِكْرٍ وَلَوْ بِشَهْوَةٍ ِلأَنَّهُ إنْزَالٌ بِغَيْرِ مُبَاشَرَةٍ كَاَلإِحْتِلاَم​ِ ( قَوْلُهُ لاَ بِنَظَرٍ وَفِكْرٍ ) قَالَ اْلأَذْرَعِيُّ يَنْبَغِي أَنَّهُ لَوْ أَحَسَّ بِانْتِقَالِ الْمَنِيِّ وَتَهَيُّئِهِ لِلْخُرُوجِ بِسَبَبِ اسْتِدَامَةِ النَّظَرِ فَاسْتَدَامَهُ أَنَّهُ يُفْطِرُ قَطْعًا وَكَذَا لَوْ عَلِمَ ذَلِكَ مِنْ عَادَتِهِ وَإِنَّمَا يَظْهَرُ التَّرَدُّدُ إذَا بَدَرَهُ اَْلإنْزَالُ وَلَمْ يَعْلَمْهُ مِنْ نَفْسِهِ اهـ شَرْحُ م ر وَيَنْبَغِي أَنْ يَجْرِيَ ذَلِكَ فِي الضَّمِّ بِحَائِلٍ اهـ سم عَلَى حَجّ اهـ ( قَوْلُهُ ِلأَنَّهُ أَنْزَلَ بِغَيْرِ مُبَاشَرَةٍ ) أَيْ فَلاَ فِطْرَ بِهِ وَإِنْ كَرَّرَهُ وَعَلِمَ أَنَّهُ يَنْزِلُ بِهِ وَهَذَا مَا مَشَى عَلَيْهِ الْعَلاَمَةُ حَجّ كَالْخَطِيبِ تَبَعًا لِظَاهِرِ مَا فِي الْمَجْمُوعِ وَقَالَ اْلأَذْرَعِيُّ إنَّهُ يُفْطِرُ إذَا عَلِمَ اَْلإنْزَالَ بِهِ وَإِنْ لَمْ يُكَرِّرْهُ وَاعْتَمَدَهُ الْعَلاَمَةُ زي كَالرَّمْلِيِّ وَالْفِكْرُ كَالنَّظَرِ فِي ذَلِكَ اهـ بِرْمَاوِيٌّ

36. PUASANYA ORANG YANG KERASUKAN JIN
Gara-gara sering melamun di tempat yang angker, seseorang yang sedang berpuasa kerasukan jin di sore hari, sehingga berakibat gila. Batalkah puasa orang tersebut?
Jawab: Batal, sekalipun dalam waktu yang sebentar.
Referensi:
& حاشية الجمل الجزء 2 صحـ : 324 مكتبة دار الفكر
وَعِبَارَةُ سم هُنَا وَاعْتَمَدَ م ر أَنَّهُ لاَ فَرْقَ فِي كُلٍّ مِنْ السُّكْرِ وَاَْلإغْمَاءِ بَيْنَ مَا تَعَدَّى بِهِ وَمَا لاَ فِي أَنَّهُ إنْ أَفَاقَ لَحْظَةً صَحَّ وَإِلاَ فَلاَ وَأَنَّهُ لاَ فَرْقَ فِي الْجُنُونِ بَيْنَ الْمُتَعَدَّى بِهِ وَغَيْرِهِ فِي أَنَّهُ حَيْثُ وُجِدَ لَحْظَةً فِي الْيَوْمِ لاَ يَصِحُّ الصَّوْمُ اهـ
& تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 3 صحـ : 415 مكتبة دار إحياء التراث العربي
وَعِبَارَةُ الْكُرْدِيِّ عَلَى بَافَضَلٍ عِنْدَ قَوْلِ شَرْحِهِ وَلاَ يَضُرُّ اَْلإغْمَاءُ وَالسُّكَرُ الَّذِي لَمْ يَتَعَدَّ بِهِ إنْ أَفَاقَ لَحْظَةً فِي النَّهَارِ نَصُّهَا أَمَّا إذَا تَعَدَّى بِهِ فَيَأْثَمُ وَيَبْطُلُ صَوْمُهُ وَيَلْزَمُهُ الْقَضَاءُ وَإِنْ كَانَ فِي لَحْظَةٍ مِنَ النَّهَارِ وَكَذَا إنْ شَرِبَ دَوَاءً مُزِيلاً لِلْعَقْلِ لَيْلاًتَعَدِّي​ًا فَإِنْ كَانَ لِحَاجَةٍ فَهُوَ كَاَْلإغْمَاءِ فَإِنِ اسْتَغْرَقَ النَّهَارَ بَطَلَ صَوْمُهُ وَلَزِمَهُ الْقَضَاءُ وَلاَ إثْمَ وَإِنْ لَمْ يَسْتَغْرِقْ زَوَالُ عَقْلِهِ النَّهَارَ صَحَّ صَوْمُهُ وَلاَ قَضَاءَ وَأَمَّا الْجُنُونُ مِنْ غَيْرِ تَسَبُّبٍ فِيهِ فَمَتَى طَرَأَ فِي لَحْظَةٍ مِنْ النَّهَارِ أَوْ فِي جَمِيعِهِ بَطَلَ صَوْمُهُ وَلاَ قَضَاءَ وَلاَ إثْمَ عَلَيْهِ هَذَا مُلَخَّصُ مَا اعْتَمَدَهُ الشَّارِحُ أَوَّلاًفِي التُّحْفَةِ مُلَخَّصًا لَهُ مِنْ شَرْحِ الْعُبَابِ لَهُ ثُمَّ اضْطَرَبَ كَلاَمُهُ اِضْطِرَابًا عَجِيبًا وَتَنَاقَضَ تَنَاقُضًا غَرِيبًا وَقَدْ بَيَّنْتُ ذَلِكَ فِي اْلأَصْلِ وَأَوْضَحْتُهُ بِمَا لَمْ أَعْلَمْ مَنْ سَبَقَنِي إلَيْهِ اهـ
37. BATASAN LUBANG FARJI YANG MEMBATALKAN PUASA
Mengetahui batas anggota dzâhir dan bâthin sangat penting sekali bagi seseorang yang melaksanakan ibadah puasa, karena hal ini berkaitan langsung dengan batal dan tidaknya puasa. Sebatas manakah lubang farji yang dapat membatalkan puasa ketika kemasukan sesuatu?
Jawab: Anggota yang tidak wajib dibasuh pada saat bersuci. Yaitu anggota lubang farji yang tertutup pada saat buang air besar.
Referensi:
& الفتاوى الفقهية الكبرى الجزء 2 صحـ : 86 مكتبة الإسلامية
فَإِنْ قُلْتَ يَنْبَغِي ضَبْطُ بَاطِنِ اْلاُّذُنِ بِمَا ضَبَطُوا بِهِ بَاطِنَ الْفَرْجِ وَهُوَ مَا لاَ يَجِبُ غَسْلُهُ فَحَيْثُ جَاوَزَ مَا يَجِبُ غَسْلُهُ وَهُوَ أَوَّلُ الْمُنْطَبِقِ أَفْطَرَ نَظِيرُ مَا قَالُوهُ فِي بَاطِنِ الْفَرْجِ وَكَأَنَّ هَذَا هُوَ الَّذِي نَظَرَ إلَيْهِ السَّائِلُ فِي الضَّبْطِ بِالرُّؤْيَةِ وَعَدَمِهِ قُلْتُ فَرْقٌ وَاضِحٌ بَيْنَهُمَا ِلأَنَّ الْقِيَاسَ أَنَّ مَا يُجَاوِزُ الْمُنْطَبِقَ مِنْ الشَّفْرَيْنِ بَاطِنٌ لَكِنْ لَمَّا كَانَ يَظْهَرُ عِنْد الْجُلُوسِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ أَلْحَقُوهُ بِالظَّاهِرِ وَلَمْ يَحْكُمُوْا بِالْفِطْرِ إلاَ عِنْد مُجَاوَزَةِ هَذَا الظَّاهِرِ فَلاَ ضَابِطَ هُنَا غَيْرُهُ وَأَمَّا اْلاًذُنُ فَمَا قَبْلَ الْمُنْطَبِقِ ظَاهِرٌ حِسًّا وَقِيَاسًا كَمَا قَبْلَ الْمَسْرَبَةِ فَنَاسَبَ أَنْ يُلْحَقَ بِهَا فِي أَنَّ مَا جَاوَزَ أَوَّلَ الْمُنْطَبِقِ إلَى الْمُجَوَّفِ جَوْفٌ وَمَالاَ فَلاَ فَتَأَمَّلْهُ اهـ

38. PERBEDAAN PENETAPAN HARI RAYA
Melihat pengalaman hari raya Idul Fitri 1427 H. kemarin, yang mengalami perbedaan antara team ru’yah PWNU Jawa Timur yang menyatakan bahwa hilal telah berhasil, dengan PBNU yang mengabaikan laporan tersebut karena alasan tertentu. Setelah dianalisa, ternyata apa yang dilihat oleh team ru’yah PWNU Jawa Timur bukanlah hilal melainkan planet lain yang mendekati bumi.
Pertanyaan:
a. Siapakah yang berhak untuk menetapkan dan meng-ikhbâr-kan​ hasil ru’yah?
Jawab: Yang berhak menetapkan hasil ru’yah (istbât) adalah imam atau orang-orang yang diberi mandat untuk istbât, seperti Departemen Agama atau Hakim Daerah.
Referensi:
& الأم الجزء 6 صحـ : 51 مكتبة دار المعرفة
رُؤْيَةُ الْهِلاَلِ ( قَالَ الشَّافِعِيُّ ) قَالَ الشَّافِعِيُّ رحمه الله تعالى وَلاَ يُلْزِمُ اَْلإمَامُ النَّاسَ أَنْ يَصُومُوْا إلاَ بِشَهَادَةِ عَدْلَيْنِ فَأَكْثَرَ وَكَذَلِكَ لاَ يُفْطِرُونَ اهـ
& فتاوى يسألونك الجزء 1 صحـ : 58 مكتبة الشاملة
فَمِنَ الْمُتَّفَقِ عَلَيْهِ أَنَّ حُكْمَ الْحَاكِمِ أَوْ قَرَارَ وَلِيِّ اْلأَمْرِ يَرْفَع ُالخِْلاَف فِي اْلأُمُوْرِ الْمُخْتَلَفِ فِيْهَا فَإِذَا أَصْدَرَتِ السَّلْطَنَةُ الشَّرْعِيَّةُ الْمَسْؤُوْلَةُ​ عَنْ إِثْبَاتِ الْهِلاَلِ فِيْ بَلَدٍ إَسْلاَمِيٍّ الْمَحْكَمَةُ الْعُلْيَا أَوْ دَارُ اْلإِفْتَاءِ أَوْ رِئَاسَةُ الشُّؤُوْنِ الدِّيْنِيَّةِ قَرَاراً بِالصَّوْمِ أَوِ اْلإِفْطَارِ فَعَلَى مُسْلِمِي ذَلِكَ الْبَلَدِ الطَّاعَةُ وَاَلإِلْتِزَام​ُ ِلأَنَّهَا طَاعَةٌ فِي الْمَعْرُوْفِ وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ مُخَالِفاً لِمَا ثَبَتَ فِيْ بَلَدٍ آخَرَ فَإِنْ حَكَمَ الْحَاكِمُ هُنَا رَجَحَ الرَّأْيُ الَّذِيْ يَقُوْلُ إِنَّ لِكُلِّ بَلَدٍ رُؤْيَتَهُ وَقَدْ ثَبَتَ عَن رَّسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ (صَوْمُكُمْ يَوْمَ تَصُوْمُوْنَ وَفِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ) وَفِيْ لَفْظٍ (وَفِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ وَأَضْحَاكُمْ يَوْمَ تُضْحُوْنَ) فتاوى معاصرة ج 2 ص223 اهـ
& أسنى المطالب الجزء 4 صحـ : 287 مكتبة دار الكتاب الإسلامي
(فَإِنْ نَصَّبَ قَاضِيَيْنِ فِي بَلَدٍ وَخَصَّصَ كُلاً) مِنْهُمَا (بِطَرَفٍ) مِنْهُ (أَوْ زَمَانٍ أَوْ نَوْعٍ مِنْ الْخُصُومَاتِ جَازَ) وَفَارَقَ اَْلإمَامُ حَيْثُ لاَ يَجُوزُ تَعَدُّدُهُ بِأَنَّ الْقَاضِيَيْنِ إذَا اخْتَلَفَا قَطَعَ اَْلإمَامُ اخْتِلاَفَهُمَا​ بِخِلاَفِ اَْلإمَامَيْنِ (وَكَذَا لَوْ) عَمَّمَ وَ (أَثْبَتَ لِكُلٍّ) مِنْهُمَا (إسْتِقْلاَلاً)​ بِالْحُكْمِ فَإِنَّهُ يَجُوزُ كَالْوَكِيلَيْن​ِ وَالْوَصِيَّيْن​ِ (فَإِنْ شَرَطَ) فِي تَوْلِيَتِهِمَا​ (إجْمَاعَ حُكْمِهِمَا بَطَلَتْ) ِلأَنَّ الْخِلاَفَ يَكْثُرُ فِي مَحَلِّ اَلإِجْتِهَادِ فَتَتَعَطَّلَ الْحُكُومَاتُ (قَوْلُهُ كَالْوَكِيلَيْن​ِ وَالْوَصِيَّيْن​ِ) وَِلأَنَّهُ {صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ أَبَا مُوسَى وَمُعَاذًا حَاكِمَيْنِ إلَى الْيَمَنِ وَأَرْدَفَهُمَا​ بِعَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ} (قَوْلُهُ فَإِنْ شَرَطَ اجْتِمَاعَ حُكْمِهِمَا بَطَلَتْ) يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ فِي الْحُكْمِ التَّنْجِيزِيِّ​ فَإِنْ شَرَطَهُ أَنَّهُ مَتَى حَكَمَ أَحَدُهُمَا فَعَلَى الْآخَرِ تَنْفِيذُهُ جَازَ وَأَنْ يَكُونَ فِي الْمَسَائِلِ الْمُخْتَلَفِ فِيهَا أَمَّا الْمُتَّفَقُ عَلَيْهَا فَيُقْطَعُ بِالْجَوَازِ وَأَنْ يَكُونَا مِنَ الْمُجْتَهِدَيْ​نِ أَمَّا الْمُقَلِّدَانِ​ لاِمَامٍ وَاحِدٍ فَكَذَلِكَ وَأَنْ يَكُونَ فِيمَا إذَا عَمَّ وِلاَيَتَهُمَا وَأَمَّا إذَا فَوَّضَ إلَيْهِمَا مَعًا الْحُكْمَ فِي قَضِيَّةٍ وَاحِدَةٍ فَلاَ شَكَّ فِي الْجَوَازِ فَإِنْ اتَّفَقَا عَلَى حُكْمٍ فَذَاكَ وَإِلاَ فَيَرْفَعَانِهَ​ا إلَى مَنْ وَلاَهُمَا اهـ

Adapun yang berhak meng-ikhbâr-kan​ adalah siapa saja yang merasa melihat hilal atau orang yang menerima berita tentang terlihatnya hilal dari orang lain. Sedangkan hukum ikhbâr-nya sebagai berikut:
1. Wajib, bila mukhbir-nya dua orang yang adil dan mukhbar-nya (yang diberi berita) adalah Qadli dalam rangka proses syahâdah.
2. Boleh, apabila mukhbir-nya satu orang adil atau dua orang yang tidak adil asalkan tidak menimbulkan fitnah.
Referensi:
& فتاوى الرملي الجزء 2 صحـ : 73 مكتبة الإسلامية
( سُئِلَ ) عَنْ هِلاَلِ رَمَضَانَ إذَا تَوَقَّفَ ثُبُوتُهُ عَلَى الْحُكْمِ فَالرَّائِي إذَا أَخْبَرَ وَالْمُخْبِرُ أَخْبَرَ وَهَلُمَّ جَرَا مَعَ الْعَدَالَةِ خُصُوصًا اْلأَهْلَ وَالْمُخَدَّرَا​تِ هَلْ يَتَوَقَّفُ صَوْمُهُمْ عَلَى الثُّبُوتِ أَوْ يَكْفِي مَا تَقَدَّمَ ( فَأَجَابَ ) بِأَنَّهُ قَدِ اعْتُبِِرَ حُكْمُ الْحَاكِمِ لِوُجُوبِ الصَّوْمِ عَلَى الْعُمُومِ وَإِلاَ فَمَنْ أَخْبَرَهُ مَوْثُوقٌ بِالرُّؤْيَةِ وَاعْتَقَدَ صِدْقَهُ لَزِمَهُ الصَّوْمُ
& الفتاوى الفقهية الكبرى 2 صحـ : 57 مكتبة الإسلامية
وَقَدْ أَطْلَقَ الرَّافِعِيُّ النَّقْلَ عَنِ اَْلإمَامِ وَابْنِ الصِّبَّاغِ فِيمَا إذَا أَخْبَرَ بِهِ مَنْ يُوَثَّقُ أَيْ وَلَمْ يَثْبُت عِنْد حَاكِمٍ أَنَّهُ لاَ يَلْزَم الْمُخْبَرَ بِفَتْحِ الْبَاء الْعَمَلُ بِقَوْلِ الْمُخْبِر بِكَسْرِهَا إلاَ إذَا بَنَيْنَا عَلَى أَنَّهُ مِنْ بَابِ الرِّوَايَةِ وَهُوَ ضَعِيفٌ أَمَّا إذَا بَنَيْنَا عَلَى أَنَّهُ مِنْ بَابِ الشَّهَادَةِ وَهُوَ الْمُعْتَمَدُ فِي الْمَذْهَبِ فَلاَ يَلْزَمُ الْمُخْبَرَ الْعَمَلُ بِقَوْلِ الْمُخْبِرِ ثُمَّ نَقَلَ اَْلإمَامُ ابْنُ عَبْدَانِ وَمَنْ وَافَقَهُ الْقَوْلَ بِوُجُوبِ الْعَمَلِ بِقَوْلِ الْمُخْبِرِ مُطْلَقًا وَلَمْ يُرَجَّحْ شَيْءٌ مِنْهُمَا لَكِنَّ قَضِيَّةَ كَلاَمِهِ فِي النَّقْلِ عَنِ اَْلإمَامِ وَابْنِ الصَّبَّاغِ وَتَفْرِيعُهُ عَلَى ذَلِكَ وَبِنَاؤُهُ عَلَى الْوَجْهَيْنِ فِي أَنَّهُ مِنْ بَابِ الرِّوَايَةِ أَوْ الشَّهَادَةِ كَمَا ذَكَرَ تَقْتَضِي تَرْجِيحَ مَا قَالاَهُ أَيْ فِي أَنَّ طَرِيقَهُ الشَّهَادَةُ دُونَ اَْلإخْبَار لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ { فَإِنْ شَهِدَ ذُو عَدْلٍ فَصُوْمُوْا وَأفْطِرُوْا } فَثَبَتَ أَنَّهَا شَهَادَةٌ وَِلأَنَّهُ حُكْمٌ شَرْعِيٌّ فَتَعَلَّقَ بِرُؤْيَةِ الْهِلاَلِ قَالَ وَيَلْزَمُ مِنْ ذَلِكَ بِنَاءً عَلَى الْمُعْتَمَدِ عَدَمُ لُزُومِ الْعَمَلِ بِقَوْلِ الْمُخْبِرِ حَيْثُ لَمْ يَثْبُتْ عِنْدَ حَاكِمٍ شَرْعِيٍّ كَمَا تَقَدَّمَ وَذَلِكَ مُوَافِقٌ لِمَا ذَكَرَهُ اْلأَذْرَعِيُّ فِي التَّوَسُّطِ حَيْثُ قَالَ وَلاَ أَحْسَبُ أَحَدًا يُنَازِعُ فِي أَنَّ الْحَاكِمَ لَوْ أَخْبَرَ رَعِيَّتَهُ أَنَّهُ رَأَى الْهِلاَلَ أَوْ اَْلإمَامَ الْعَادِلَ أَنَّهُ لاَ يَلْزَمهُمْ الصَّوْمَ إلاَ أَنْ يَشْهَدَ بِهِ عِنْد قَاضٍ آخَر بِلَفْظِ الشَّهَادَةِ انْتَهَى جَوَابُ اَْلإمَامِ الصَّيْرَفِيِّ وَيُؤَيِّدُهُ أَيْضًا قَوْلُ بَعْضِ الْمُتَأَخِّرِي​نَ أَنَّ قَوْلَ الرَّائِينَ فِي الصَّوْمِ وَالْفِطْرِ لَيْسَ بِحُجَّةٍ عَلَى الْغَيْرِ إلاَ إذَا أَدَّى عِنْد قَاضٍ أَوْ مُحَكَّمٍ مِنْ جِهَةِ أَهْلِ الْبَلَدِ كُلِّهِمْ وَقَدْ قَالَ اَْلإمَامُ شِهَابُ الدِّينِ ابْنُ الْعِمَادِ فِي تَوْقِيفِ الْحُكَّامِ لَوْ أَخْبَرَهُ عَدْلٌ بِرُؤْيَةِ الْهِلاَلِ يَوْمَ الثَّلاَثِينَ مِنْ شَعْبَانَ لَمْ يَلْزَمْ الصَّوْمُ عَلَى الصَّوْمِ تَفْرِيعًا عَلَى أَنَّهُ يَسْلُكُ بِهِ مَسْلَكَ الشَّهَادَةِ وَهُوَ الصَّحِيحُ ِلأَنَّ ذَلِكَ يَخْتَصّ بِمَجْلِسِ الْحُكْمِ اهـ
& حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء 2 صحـ : 63 مكتبة دار إحياء الكتب العربية
وَمِثْلُ ذَلِكَ كَمَا مَرَّ مَنْ صَامَ بِخَبَرِ مَنْ يَثِقُ بِهِ أَوْ مَنْ صَدَّقَهُ وَلَوْ فَاسِقًا أَوْ بِحِسَابِهِ أَوْ مَنْ صَدَّقَهُ أَوْ رَأَى هِلاَلَ شَوَّالٍ وَحْدَهُ لَكِنْ يُنْدَبُ لِهَؤُلاَءِ إخْفَاءُ فِطْرِهِمْ وَلِلْحَاكِمِ تَعْزِيرُ مَا أَظْهَرَهُ إنْ اطَّلَعَ عَلَيْهِ وَإِذَا ظَنَّ هَذَا وَجَبَ اَْلإخْفَاءُ كَمَا قَالَهُ الْعُبَادِيُّ فَرْعٌ تَرَدَّدَ بَعْضُ مَشَايِخِنَا فِي أَنَّهُ هَلْ يَجِبُ سُؤَالُ مَنْ ظَنَّ مِنْ الرُّؤْيَةِ أَوْ عَلِمَ بِحِسَابِهِ فَرَاجِعْهُ اهـ
& الفتاوى الفقهية الكبرى الجزء 2 صحـ : 87 مكتبة الإسلامية
وَحَيْثُ قُلْنَا بِجَوَازِ الْفِطْرِ أَوْ وُجُوبِهِ وَلَمْ يَثْبُتْ عِنْدَ الْحَاكِمِ وَجَبَ إخْفَاؤُهُ لِئَلاَ يَتَعَرَّضَ لِمَخَافَتِهِ وَعُقُوبَتِهِ
& الفقه الإسلامي - (ج 3 / ص 427)
اَلْمَالِكِيَّة​ُ وَيَجِبُ عَلَى الْعَدْلِ أَوِ الْعَدْلَيْنِ رَفْعُ اْلأَمْرِ لِلْحَاكِمِ أَنَّهُ رَأَى الْهِلاَلَ لِيُفْتَحَ بَابُ الشَّهَادَةِ وَِلأَنَّهُ قَدْ يَكُوْنُ الْحَاكِمُ مِمَّنْ يَرَى الثُّبُوْتَ بِعَدْلٍ أَمَّا هِلاَلُ شَوَّالٍ فَيَثْبُتُ بِرُؤْيَةِ الْجَمَاعَةِ الْكَثِيْرَةِ الَّتِيْ يُؤْمَنُ تَوَاطُؤُهَا عَلَى الْكَذِبِ وَيُفِيْدُ خَبَرُهَا الْعِلْمَ أَوْ بِرُؤْيَةِ الْعَدْلَيْنِ كَمَا هُوَ الشَّأْنُ فِيْ إِثْبَاتِ هِلاَلِ رَمَضَانَ وَلاَ يَثْبُتُ الْهِلاَلُ بِقَوْلِ مُنَجِّمٍ أَيْ حَاسِبٍ يَحْسِبُ سَيْرَ الْقَمَرِ لاَ فِيْ حَقِّ نَفْسِهِ وَلاَ غَيْرِهِ ِلأَنَّ الشَّارِعَ أَنَاطَ الصَّوْمَ وَالْفِطْرَ وَالْحَجَّ بِرُؤْيَةِ الْهِلاَلِ لاَ بِوُجُوْدِهِ إِنْ فُرِضَ صِحَّةُ قَوْلِهِ فَالْعَمَلُ بِالْمَرَاصِدِ الْفَلَكِيَّةِ وَإِنْ كَانَتْ صَحِيْحَةً لاَ يَجُوْزُ اهـ

b. Apakah peru’yah dan hakim yang menyumpah disyaratkan secara muthlaq harus ahli hisab?
Jawab: Peru’yah dan hakim tidak disyaratkan harus ahli hisab kecuali menurut Imam Subki yang mengsyaratkan seorang hakim harus ahli hisab. Hanya saja, sebaiknya bagi hakim menguasai ilmu tersebut dan bagi peru’yah dalam syahâdah-nya harus mampu mengklarifikasi​kan posisi hilal secara detail.
Referensi:
& مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج الجزء 2 صحـ : 144 مكتبة دار الكتب العلمية
وَعِبَارَةُ الرُّوْيَانِيِّ​ وَصِفَةُ الشَّهَادَةِ عَلَى الْهِلاَلِ أَنْ يَقُولَ رَأَيْتُهُ فِي نَاحِيَةِ الْمَغْرِبِ وَيَذْكُرَ صِغَرَهُ وَكِبَرَهُ وَتَدْوِيرَهُ وَتَقْدِيرَهُ وَأَنَّهُ بِحِذَاءِ الشَّمْسِ أَوْ فِي جَانِبٍ مِنْهَا وَأَنَّ ظَهْرَهُ إلَى الْجَنُوبِ أَوْ الشِّمَالِ وَأَنَّهُ كَانَ فِي السَّمَاءِ غَيْمٌ أَوْ لَمْ يَكُنْ وَفَائِدَةُ التَّنْصِيصِ عَلَى ذَلِكَ اَلإِحْتِيَاطُ حَتَّى إذَا رُئِيَ فِي اللَّيْلَةِ الثَّانِيَةِ وَلَمْ يَكُنْ بِهَذِهِ الصِّفَاتِ بَانَ كِذْبُ الشَّاهِدِ لأَنَّ الْهِلاَلَ فِي اللَّيْلَةِ الثَّانِيَةِ لاَ يَتَحَوَّلُ عَنْ صِفَاتِهِ الَّتِي طَلَعَ عَلَيْهَا بِاْلأَمْسِ وَإِنْ خَالَفَ فِي ذَلِكَ ابْنُ أَبِي الدَّمِ فَقَالَ لاَ يَجُوزُ أَنْ يَقُولَ أَشْهَدُ أَنِّي رَأَيْتُ الْهِلاَلَ ِلأَنَّهَا شَهَادَةٌ عَلَى فِعْلِ نَفْسِهِ بَلْ طَرِيقُهُ أَنْ يَشْهَدَ بِطُلُوعِ الْهِلاَلِ أَوْ عَلَى أَنَّ اللَّيْلَةَ مِنْ رَمَضَانَ مَثَلاًوَنَحْوُ​ ذَلِكَ وَيَدُلُّ لِلْأَوَّلِ الْمُعْتَمَدِ قَبُولُ شَهَادَةِ الْمُرْضِعَةِ إذَا قَالَتْ أَشْهَدُ أَنِّي أَرْضَعْتُهُ عَلَى اْلأَصَحِّ وَاعْلَمْ أَنَّ رَمَضَانَ قَدْ يَثْبُتُ بِوَاحِدٍ وَقَدْ يَثْبُتُ بِأَكْثَرَ وَحِينَئِذٍ فَاْلأَوْلَى التَّعْبِيرُ بِيَثْبُتُ كَمَا فِي الْمُحَرَّرِ وَلاَ يَأْتِي بِالْمُبْتَدَإِ​ الْمُشْعِرِ بِالْحَصْرِ نَبَّهَ عَلَى ذَلِكَ اَْلإسْنَوِيُّ اهـ

c. Jika terjadi pertentangan antara ru’yah yang menggunakan teleskop dengan ru’yah bil ‘ain, manakah yang harus didahulukan?
Jawab: Bila pertentangannya​ antara ru’yah yang menggunakan teleskop dengan ru’yah bil ‘ain, maka tidak ada yang dimenangkan (sam-sama bisa di pakai). Namun bila pertentangannya​ antara ru’yah bil ‘ain dengan hisab ilmu astronomi, maka yang dimenangkan adalah ru’yah bil ‘ain, kecuali menurut Imam Subki.
Catatan: Hukumnya bisa disamakan dengan ru’yah bil ‘ain apabila kecanggihannya tidak sampai setara dengan kemampuan melihatnya orang yang hadîd al-bashâr (sangat tajam penglihatannya)​.
Referensi:
& حواشي الشرواني الجزء 3 صحـ : 373 مكتبة دار إحياء التراث العربي
( أَوْ رُؤْيَةِ الْهِلاَلِ ) بَعْدَ الْغُرُوبِ لاَ بِوَاسِطَةِ نَحْوِ مِرْآةٍ كَمَا هُوَ ظَاهِرُ لَيْلَةِ الثَّلاَثِينَ مِنْهُ بِخِلاَفِ مَا إذَا لَمْ يَرَ وَإِنْ أَطْبَقَ الْغَيْمُ لِخَبَرِ الْبُخَارِيِّ الَّذِي لاَ يَقْبَلُ تَأْوِيلاً وَلاَ مَطْعَنَ فِي سَنَدِهِ يُعْتَدُّ بِهِ خِلاَفًا لِمَنْ زَعَمَهُمَا صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ ( قَوْلُهُ لاَ بِوَاسِطَةٍ ) اْلأَوْلَى بِلاَ وَاسِطَةٍ ( قَوْلُهُ لاَ بِوَاسِطَةِ نَحْوِ مِرْآةٍ ) قَدْ يَتَوَقَّفُ فِيهِ ِلأَنَّهَا رُؤْيَةٌ وَلَوْ بِتَوَسُّطِ آلَةٍ بَصْرِيٌّ وَيُؤَيِّدُهُ مَا يَأْتِي عَنْ سم فِي مَسْأَلَةِ الْغَيْمِ وَكِفَايَةُ ظَنِّ دُخُولِ رَمَضَانَ بِاَلإِجْتِهَاد​ِ كَمَا يَأْتِي ( قَوْلُهُ نَحْوِ مِرْآةٍ ) أَيْ كَالْمَاءِ وَالْبَلُوْرِ الَّذِي يُقَرِّبُ الْبَعِيدَ وَيُكَبِّرُ الصَّغِيرَ فِي النَّظَرِ اهـ
& الترمسى الجزء الرابع صحـ : 158
أَوْبِرُؤْيَةِ عَدْلٍ وَاحِدٍ الْهِلاَلَ أَيْ هِلاَلَ رَمَضَانَ بَعْدَ الْغُرُوْبِ لاَبِوَاسِطَةٍ عَلَى مَا فِي التُّحْفَةِ وَتَوَقَّفَ فِيْهِ السَّيِّدُ عُمَرُ ِلأَنَّهَا رُؤْيَةٌ وَلَوْ بِتَوَسُّطِ آلَةٍ اهـ
& بغية المسترشدين للسيد باعلوي الحضرمي صحـ : 178 مكتبة دار الفكر
(مسألة ش) إِذَا لَمْ يَسْتَنِدِ الْقَاضِيْ فِيْ ثُبُوْتِ رَمَضَانَ إِلَى حُجَّةٍ شَرْعِيَّةٍ بَلْ بِمُجَرَّدِ تَهَوُّرٍ وَعَدَمِ ضَبْطٍ كَانَ يَوْمُ شَكٍّ وَقَضَاؤُهُ وَاجِبٌ إِذَا بَانَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى عَلَى مَنْ صَامَهُ إِلاَّ إِنْ كَانَ عَامِيّاً ظَنَّ حُكْمَ الْحَاكِمِ يَجُوْزُ بَلْ يُوْجِبُ الصَّوْمَ فَيُجْزِيْهِ فِيْمَا يَظْهَرُ اهـ
& بغية المسترشدين للسيد باعلوي الحضرمي صحـ : 180 مكتبة دار الفكر
(مسألة ي ك) يَجُوْزُ لِلْمُنَجِّمِ وَهُوَ مَنْ يَرَى أَنَّ أَوَّلَ الشَّهْرِ طُلُوْعُ النَّجْمِ الْفُلاَنِيِّ وَالْحَاسِبِ وَهُوَ مَنْ يَعْتَمِدُ مَنَازِلَ الْقَمَرِ وَتَقْدِيْرَ سَيْرِهِ الْعَمَلُ بِمُقْتَضَى ذَلِكَ لَكِنْ لاَ يُجْزِيْهِمَا عَن رَمَضَانَ لَوْ ثَبَتَ كَوْنُهُ مِنْهُ بَلْ يَجُوْزُ لَهُمَا اْلإِقْدَامُ فَقَطْ قَالَهُ فِي التُّحْفَةِ وَالْفَتْحِ وَصَحَّحَ ابْنُ الرِّفْعَةِ فِي الْكِفَايَةِ اْلإِجْزَاءَ وَصَوَّبَهُ الزَّرْكَشِيُّ وَالسُّبْكِيُّ وَاعْتَمَدَهُ فِي اْلإِيْعَابِ وَالْخَطِيْبُ بَلِ اعْتَمَدَ م ر تَبَعاً لِوَالِدِهِ الْوُجُوْبَ عَلَيْهِمَا وَعَلَى مَنِ اعْتَقَدَ صِدْقَهُمَا وَعَلَى هَذَا يَثْبُتُ الْهِلاَلُ بِالْحِسَابِ كَالرُّؤْيَةِ لِلْحَاسِبِ وَمَنْ صَدَّقَهُ فَهَذِهِ الْآرَاءُ قَرِيْبَةُ التَّكَافُؤِ فَيَجُوْزُ تَقْلِيْدُ كُلٍّ مِنْهَا وَالَّذِيْ يَظْهَرُ أَوْسَطُهَا وَهُوَ الْجَوَازُ وَاْلإِجْزَاءُ نَعَمْ إِنْ عَارَضَ الْحِسَابُ الرُّؤْيَةَ فَالْعَمَلُ عَلَيْهَا لاَ عَلَيْهِ عَلَى كُلَِ قَوْلٍ اهـ
& فقه الصيام صحـ : 30 دار الفكر
فَقَدْ ذَكَرَ السُّبْكِىُّ فِىْ فَتَاوَاهُ أَنَّ الْحِسَابَ إِذَا نَفَى إِمْكَانَ الرُّؤْيَةِ الْبَصِيْرَةِ فَالْوَاجِبُ عَلَى الْقَاضِيْ أَن يَرُدَّ شَهَادَةَ الشُّهُوْدَ قَالَ ِلأَنَّ الْحِسَابَ قَطْعِيٌّ وَالشَّهَادَة َوَالْخَبَرَ ظَنِّيَّانِ وَالظَّنَّ لاَيُعَارِضُ الْقَطْعَ فَضْلاً أَن يُقَدَّمَ عَلَيْهِ اهـ

39. BERSETUBUH DISAAT PUASA QADLÂ’
Melakukan hubungan intim bagi suami istri disaat siangnya puasa Ramadlan merupakan hal yang dilarang oleh agama, disamping dapat membatalkan puasa, sekaligus mereka dibebani untuk membayar kafârat (denda). Apakah berhubungan intim disaat meng-qadlâ’ puasa Ramadlan juga mewajibkan bayar kafârat?
Jawab: Tidak mewajibkan kafârat.
Referensi:
& المنهاج القويم شرح المقدمة الحضرمية للهيتمي ص 117
وَلَا تَجِبُ الْكَفَّارَةُ عَلَى مَنْ جَامَعَ أَيْ وَطِىءَ وَلَمْ يُفْسِدْ صَوْمَهُ كَأَنْ جَامَعَ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلاً وَقَرُبَ إِسْلاَمُهُ أَوْ نَشَأَ بِبَادِيَّةٍ بَعِيْدَةٍ عَنِ الْعُلَمَاءِ أَوْ مُكْرَهًا لِعُذْرِهِمَا وَلاَ عَلَى مَنْ أَفْسَدَ صَوْمَ غِيْرِهِ كَأَنْ أَفْسَدَ مَرِيْضٌ أَوْ مُسَافِرٌ صَوْمَ امْرَأَةٍ لِأَنَّهَا لَوْ أَفْسَدَتْ صَوْمَ نَفْسِهَا باِلْجِمَاعِ لَمْ تَلْزَمْهَا كَفَّارَةٌ فَأَوْلَى أَن لَّا يَلْزَمَ غَيْرَهَا إِذَا أَفْسَدَهُ وَلاَ عَلَى مَنْ أَفْسَدَ بِجِمَاعِهِ صَوْمَ غَيْرِ رَمَضَانَ كَالْقَضَاءِ وَالنَّذْرِ لِوُرُوْدِ النَّصِّ فِيْ رَمَضَانَ وَهُوَ مُخْتَصٌّ بِفَضَائِلَ لاَ يُشْرِكُهُ فِيْهَا غَيْرُهُ وَلاَ عَلَى مَنْ أَفْطَرَ بِغَيْرِ الْجِمَاعِ كَاسْتِمْنَاءٍ وَإِنْ جَامَعَ بَعْدَهُ لِوُرُوْدِ النَّصِّ فِي الْجِمَاعِ وَهُوَ أَغْلَظُ مِنْ غَيْرِهِ وَلاَ عَلَى مَنْ لاَ يَأْثَمُ بِجِمَاعِهِ نَحْوُ الْمُسَافِرِ وَالْمَرِيْضِ إِذَا جَامَعَ بِنِيَّةِ التَّرَخُّصِ لِعَدَمِ تَعَدِّيْهِ

40. SUNTIK TIDAK MEMBATALKAN PUASA
Tidak semua masyarakat mengetahui tentang ilmu agama, apalagi selama hidupnya tidak pernah mengeyam pendidikan agama. Terbukti, sebagian masyarakat yang sedang menderita sakit, ketika oleh dokter disuntik, mereka selalu bertanya-tanya dan ragu-ragu, apakah puasanya batal atau tidak. Sebenarnya, apakah disuntik dapat membatalkan puasa?
Jawab: Tidak membatalkan.
Referensi:
& بشرى الكريم الجزء 2 صـ : 68 مكتبة الحرمين
الرَّابِعُ اْلإِمْسَاكُ عَنْ دُخُوْلِ عَيْنٍ جَوْفًا إِلَخْ ( قَوْلُهُ دُخُوْلُ عَيْنٍ ) - إلى أن قال – فَخَرَجَ بِالْعَيْنِ اْلأَثَرُ كَطَعْمٍ وَرِيْحٍ – إلى أن قال - وَبِجَوْفًا وُصُوْلُهَا لِنَحْوِ مُخِّ سَاقِهِ وَبَطْنِ فَخِذِهِ مِمَّا لاَ يُسَمَّى جَوْفًا اهـ
شرح الياقوت النفيس صـ : 307 مكتبة دار المنهاج

Sebetulnya ulama berbeda pendapat dalam hal ini,berikut rincinanya,(SIL​AHKAN DIPILAH DAN PILIH MO PAKE PENDAPAT YG MANA):1.Pendapa​t pertama : Membatalkan secara mutlak. Karena sampai ke dalam tubuh.

2.Pendapat kedua : Tidak membatalkan secara mutlak. Karena sampainya ke dalam tubuh bukan melalui lubang yang terbuka
3.Pendapat ketiga : diperinci sebagai berikut :

>>. Jika suntikan tersebut berisi suplemen, sebagai pengganti makanan atau penambah vitamin, maka membatalkan puasa. Karena ia membawa makanan yang dibutuhkan ke dalam tubuh.

>>. Jika tidak mengandung suplemen (hanya berisi obat), maka diperinci :

a. Apabila disuntikkan lewat pembuluh darah maka membatalkan puasa.

b. Disuntikkan lewat urat-urat yang tidak berongga maka tidak membatalkan puasa.
روضة الطالبين وعمدة المفتين – (ج 1 / ص 274)

فصل في مبيحات الفطر في رمضان وأحكامه : فالمرض والسفر مبيحان بالنص والاجماع كان مقيما صحيح البدن ثم شرط كون المرض مبيحا أن يجهده الصوم معه فيلحقه ضرر يشق احتماله على ما ذكرنا من وجوه المضار في التيمم. ثم المرض إن كان مطبقا فله ترك النية بالليل وإن كان يحم وينقطع نظر إن كان محموما وقت الشروع فله ترك النية وإلا فعليه أن ينوي من الليل ثم إن عاد واحتاج إلى الافطار أفطر وشرط كون السفر مبيحا كونه طويلا ومباحا ولو أصبح صائما ثم مرض في أثناء النهار فله الفطر ولو أصبح مقيما صائما ثم سافر لم يجز له فطر ذلك اليوم وقال المزني يجوز وبه قال غيره من أصحابنا.

التقريرات السديدة / 452

حكم الإبرة : تجوز للضرورةو ولكن اختلفوا في ابطالها للصوم على ثلاث اقوال :
1. ففي قول : انها تبطل مطلقا لأنها وصلت الى الجوف.

2. وفي قول : انها لا تبطل مطلقا ، لأنها وصلت الى الجوف من غير منفذ مفتوح.

3. وقول فيه تفصيل – وهو الأصح- : اذا كانت مغذية فتبطل الصوم, واذا كانت غير مغذية فننظر : اذا كان في العروق المجوفة-وهي الأوردة- : فتبطل، واذا كان في العضل – وهي العروق غير المجوفة – فلا تبطل




41. Jika seseorang meninggalkan puasa dg sengaja,,,tapi bukan krn halangan syar`i,,,namun dia berniat mengganti dihari lain(krn tuntutan pekerjaan),,,ap​akah dia hanya wajib qodho atau wajib qodho dan jg membayar fidiyah ?


Jawab : Tidak puasa tanpa udzur Syar`i hukumnya haram.namun jika pekerjaan nya berat dan jika puasa memberatkan maka boleh tidak puasa (kelak wajib qodo` saja. 
Referensi:
& بشرى الكريم الجزء 2 صحـ : 72 مكتبة الحرمين
وَيَلْزَمُ أَهْلَ الْعَمَلِ الْمُشِقِّ فِيْ رَمَضَانَ كَالْحَصَّادِيْ​نَ وَنَحْوِهِمْ تَبْيِيْتُ النِّيَةِ ثُمَّ إِنْ لَحِقَهُ مِنْهُمْ مَشَقَّةٌ شَدِيْدَةٌ أَفْطَرَ وَإِلاَّ فَلاَ وَلاَ فَرْقَ بَيْنَ اْلأَجِيْرِ وَالْغَنِيِّ وَغَيْرِهِ أَوْ الْمُتَبَرِّعِ وَإِنْ وَجَدَ غَيْرَهُ وَتَأْتَّى لَهُم الْعَمَلُ لَيْلاً اهـ