Pages

Thursday, April 25, 2013

Bahaya Namimah (Menyebar Fitnah)



“Dan janganlah kamu taat kepada orang-orang yang suka bersumpah dan menghina. Yang suka mencela dan kian kemari untuk berbuat namimah (menyebarkan fitnah).” (QS. Al-Qalam: 10-11)

Ibnu Abbas meriwayatkan, Suatu hari Rosulullah SAW melewati dua kuburan, lantas bersabda: “Sesungguhnya penghuni kedua kubur ini sedang diadzab. Dan keduanya bukanlah diadzab karena perkara yang berat untuk ditinggalkan. Yang pertama, tidak membersihkan diri dari air kencingnya. Sedang yang kedua, berjalan kesana kemari menyebarkan namimah (adu domba).”(HR. Bukhari)

Keterangan itu memberikan peringatan kepada kita agar hati-hati terhadap orang yang suka menyebarkan fitnah, adu domba. Adu domba (namimah) merupakan perbuatan yang sangat dilarang dalam aga islam. Karena bahayanya sangat besar, menimbulkan malapetaka yang menghancurkan. Kisah ini akan memberikan pelajaran bagi kita, bagaimana adu domba itu dapat menghancurkan. Kisahnya adalah sebagai berikut:

Dari Hammad bin Salamah, katanya: “Ada seorang pria menjual seorang budak, dan berkata: “Budak ini tiada aib, namun ia suka mengadu domba”. Seorang pembeli menganggap kecil perkara adu domba, sehingga akhirnya ia jadi membeli budak itu.

Alkisah, baru beberapa hari, maka berkatalah budak itu kepada istri majikan: “Sebenarnya suamimu itu tidak mencintaimu lagi, ia hendak kawin lagi, bahkan engkau akan dijadikan pembantunya. Maukah engkau menuruti nasihatku, agar suamimu mencintai lagi dan belas kasihan kepadamu? Begitulah aksi budak mulai menyebarkan fitnah.

Mendengar perkataan budak itu, Istri majikan mulai khawatir akan ditinggal oleh suaminya, dan akhirnya ia bertanya kepada budak itu: “Baiklah, tapi bagaimana caranya, apa yang harus aku lakukan? Budak itu pun menjelaskan: “Ambillah pisau cukur, dan nanti setelah suamimu tertidur lelap, maka potonglah jenggotnya beberapa helai saja”. Sang istri majikan sangat percaya akan berita dari budaknya itu. Maka dipersiapkanlah pisau cukur untuk melaksanakan rencananya.

Kemudian di lain pihak, budak itu pun mendatangi Tuan majikannya dan berkata: “Sesungguhnya istrimu akan membuat perselingkuhan dan akan kawin lagi dengan laki-laki lain. Karena itu ia akan membunhmu.

Begitulah usaha budak itu untuk mempengaruhi sang majikan. Tetapi Sang majikan tidak begitu saja percaya akan perkataan budaknya. Akhirnya sang budak pun membuat strategi baru dan mengatakan: “Begini saja, jika Tuan tidak percaya, nanti malam Tuan pura-pura tidur saja, nanti Tuan akan menyaksikan sendiri bahwa istri Tuan akan membunuh Tuan dengan menggunakan pisau cukur”.

Usaha budak cukup berpengaruh terhadap sang majikan. Antara percaya dan tidak, akhirnya Tuan majikan mengikuti saran budaknya. Setelah malam tiba, kedua majikan itu pun tidur dalam sekamar. Sang istri siap dengan rencananya, dan suami pun tetap waspada, jangan-jangan apa yang dikatakan budaknya itu memang benar. Ia pura-pura tidur, seperti yang disarankan oleh budaknya itu.

Setelah melihat dan merasa yakin suaminya tertidur lelap, maka sang istri segera bangun dan mengambil pisau cukur yang telah dipersiapkannya tadi siang. Dengan perlahan-lahan ia mendekati suaminya dengan maksud memotong beberapa helai jenggot atas saran budaknya itu. Tuan majikan pun tetap siaga, setelah benar-benar yakin bahwa istrinya akan mebunuhnya, maka dengan cepat ia bangun, dan pisau itu direbutnya. Dan tanpa pikir panjang lagi segeralah ia mebunuh istrinya.

Kejadian itu akhirnya membuat pihak keluarga istri menjadi marah dan menuntut balas, sehingga menantunya itu (suami) dibunuhuh lagi. Keluarga pihak isrti menyalahkan keluarga pihak suami. Dan sebaliknya keluarga pihak suami menyalahkan keluarga pihak istri. Timbullah perpechan dan permusuhan. Akhirnya terjadi pula saling membunuh antar keluarga itu.

Waspadalah. Kita telah mengetahui, bagaimana adu somba itu sangat berbahaya. Kita tidak boleh percaya begitu saja jika mendengar berita yang menimbulkan perpecahan. Sebaiknya kita menguji kebenarnnya, seperti yang dijelaskan dalam ayat berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, bila datang kepadamu orang fasik membawa keterangan, maka selidikilah dahulu, agar kamu tidak menimpakan satu kerugian kepada suatu kaum karena kebodohan kamu, sehingga kamu akan menyesal.” (QS. Al-Hujurat 6).

Wallahu’alam Bishshowab.

0 comments:

Post a Comment