Sesungguhnya Islam adalah Agama yang sempurna, yang mengatur segala aspek kehidupan, baik ‘aqidah, ibadah, muamalah, akhlak dan adab, sebagai dalil yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang sempurna, adalah firman Allah Ta’ala: “Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai Islam jadi agama bagimu”. (QS al-Maidah: 3)
Salah satu aspek dari ajaran Islam yang tidak kalah pentingnya dan wajib bagi setiap muslim mengetahuinya dan memilikinya serta menghiasi diri dengannya adalah akhlak dan adab, karena suatu umat apabila telah hilang akhlak dan adabnya, maka ini merupakan tanda-tanda kehancuran suatu umat dan generasi tersebut, demikian juga sebaliknya, ketika suatu kaum dan generasi mempunyai akhlak dan adab maka jayalah umat tersebut. Oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut maka Insya Allah pada edisi ini akan dibahas tentang adab-adab yang wajib diketahui oleh setiap muslim.
Diantara bentuk-bentuk adab yang yang wajib diketahui oleh setiap muslim adalah :
Salah satu aspek dari ajaran Islam yang tidak kalah pentingnya dan wajib bagi setiap muslim mengetahuinya dan memilikinya serta menghiasi diri dengannya adalah akhlak dan adab, karena suatu umat apabila telah hilang akhlak dan adabnya, maka ini merupakan tanda-tanda kehancuran suatu umat dan generasi tersebut, demikian juga sebaliknya, ketika suatu kaum dan generasi mempunyai akhlak dan adab maka jayalah umat tersebut. Oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut maka Insya Allah pada edisi ini akan dibahas tentang adab-adab yang wajib diketahui oleh setiap muslim.
Diantara bentuk-bentuk adab yang yang wajib diketahui oleh setiap muslim adalah :
1. Adab kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Bersyukur terhadap segala nikmat-Nya
Seorang muslim yang mempunyai adab yang benar hendaknya merenungi segala nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepadanya. Kenapa seorang muslim wajib bersyukur ? Karena begitu banyaknya nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah dia terima, Allah ‘Azza wa Jalla telah menciptakannya dalam bentuk sebaik-baiknya, Dialah Allah Ta’ala yang telah memberikan pendengaran, penglihatan, hati, rizki yang tidak terhitung banyaknya. Yang tidak akan sanggup manusia menghitungnya meskipun manusia menginfakkan hartanya sebesar bukit dari emas dan perak, sebagaimana yang dipertegas dalam firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala:”Dan jika kamu kamu menghitung nikmat Allah, niscaya engkau tidak bisa menghitungnya“. (QS. Ibrahim: 34 ) Oleh karena itu kufur nikmat serta ingkar kepada nikmat Sang Pencipta ‘Azza wa Jalla merupakan sebagai pertanda tidak beradab kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berlawanan dengan adab Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Oleh karena itu, ingatlah kepada-Ku niscaya aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku”. (QS. al-Baqarah: 152)
Malu dan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala ada keinginan atau kecenderungan untuk melakukan dosa dan maksiyat.
Malu dan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala ada keinginan atau kecenderungan untuk melakukan dosa dan maksiyat.
Bukan termasuk adab kalau tidak ada rasa malu dan takut seorang hamba dalam melakukan kedurhakaan kepada Rabb-Nya dan menentang-Nya dengan melakukan dosa dan maksiyat kepada-Nya, sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui, mengawasi apa yang dilakukan hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Ia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan”. (QS. at-Taghabun: 4)
Berserah diri dan menggantungkan segala perkara dan urusan kepada-Nya
Berserah diri dan menggantungkan segala perkara dan urusan kepada-Nya
Maka tidaklah dikatakan seseorang beradab jika dia lari Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang ia tidak dapat menghindar dari-Nya, dan menyandarkan diri kepada sesuatu yang tidak mempunyai daya dan upaya sedikitpun, dalam hal ini Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya”. (QS. Hud: 56). Didalam surat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Dan hanya kepada Allahlah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS. al-Maidah: 23).
Merenungi rahmat Allah yang telah dilimpahkannya dan kepada seluruh makhluk
Merenungi rahmat Allah yang telah dilimpahkannya dan kepada seluruh makhluk
Maka tatkala ia menginginkan rahmat yang lebih besar dari sebelumnya, ia tunduk merendah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berdo’a dengan penuh ketulusan dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan kata-kata yang baik dan melakukan amal shalih. Dan bukan termasuk adab kalau seseorang berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman : “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah”. (QS. Yusuf: 87)
Memikirkan betapa kerasnya adzab Allah dan betapa kuat balasannya
Memikirkan betapa kerasnya adzab Allah dan betapa kuat balasannya
Dengan melakukan yang demikian ia bisa menjaga dirinya, yaitu dengan mentaati segala perintah-Nya dan berusaha untuk tidak mendurhakakan-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan beradab kepada Allah ‘Azza wa Jalla jika seorang hamba yang lemah dan tidak memiliki kekuatan sedikitpun, melakukan kedurhakaan dan kezholiman di hadapan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa.
Berhusnuzhan kepada Allah terhadap janji yang pasti akan ditepati dan ancaman yang pasti dipenuhi
Berhusnuzhan kepada Allah terhadap janji yang pasti akan ditepati dan ancaman yang pasti dipenuhi
Karena tidaklah beradab jika seseorang berburuk sangka kepada Allah ‘Azza wa Jalla lalu ia melakukan kemaksiatan dan kedurhakaan kepada-Nya, lalu ia mengira bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak melihatnya dan tidak akan memberi balasan terhadap dosa-dosanya. Oleh karena itu wajib bagi seorang muslim untuk berbaik sangka kepada Allah karena janji Allah Subhanahu wa Ta’ala itu benar dan sekali-kali Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan mengingkari janji-Nya. Allah Ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan”. (QS. an-Nur: 52)
2. Adab Kepada Al-Qur’an
2. Adab Kepada Al-Qur’an
- Membacanya dalam keadaan suci, menghadap kiblat dan duduk dengan penuh kesopanan dan ketenangan.
- Membacanya dengan tartil dan tidak terburu-buru.
- Membaca dengan penuh kekhusu’an.
- Membaguskan suaranya, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Nasa’i, Abu Daud)
- Mensirkan (merendahkan) bacaannya jika ia takut riya’ atau mengganggu kekhusyu’an orang sedang shalat.
- Membacanya dengan penuh perhatian, serta berusaha merenungi dan memahami maknanya dan hikmah-hikmah yang terkandung didalamnya.
- Ketika membaca Al-Qur’an hendaknya ia tidak termasuk orang yang lalai dan menyimpang dari aturan-aturannya, karena hal tersebut dapat menyebabkan laknat terhadap diri sendiri, seperti ia membaca ayat: “Maka kita minta supaya laknat Allah ditimpakan pada orang-orang yang dusta”. (QS. Ali Imran: 61) Dalam surat lain Allah Ta’ala berfirman: “Ingatlah laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dzalim”. (QS. Hud: 18)
- Berusaha dengan sungguh-sungguh supaya menjadi ahlul-Qur’an yang merupakan Ahlullah dan orang-orang yang mendapatkan keistimewaan.
3. Adab Kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
- Mentaati dan mengikuti jalan kehidupan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik dalam urusan dunia ataupun agamanya.
- Mendahulukan cinta kepadanya dari mencintai yang lain. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah sempurna keimanan salah seorang dari kalian sehingga aku lebih dia cintai dari anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia” (Muttafaqun ‘alaihi)
- Mencintai orang yang beliau cintai, memusuhi orang yang beliau musuhi, dan meridhai apa yang beliau ridhai, serta marah terhadap sesuatu yang beliau murkai.
- Memuliakannya ketika menyebut nama beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bershalawat beserta salam kepadanya.
- Membenarkan apa yang beliau khabarkan, baik tentang urusan agama, permasalahan dunia maupun hal ghaib tentang kehidupan dunia maupun akhirat.
- Menghidupkan sunnah-sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, memperjuangkan syari’atnya, dan menyampaikan dakwah beliau serta menjadikan beliau sebagai khudwah uswatun hasanah.
4. Adab seorang muslim terhadap dirinya sendiri
Agar seorang muslim bisa mengenal dirinya, membersihkan jiwanya maka dalam hal ini syari’at Islam telah memberikan langkah-langkah yang sangat mudah dan praktis sebagai berikut :
Taubat
Yang dimaksud dengan taubat adalah berlepas diri dari seluruh perbuatan dosa dan maksiat, menyesali segala dosa yang telah berlalu serta bertekad untuk tidak mengulanginya dikemudian hari. Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman : “Hai orang-orang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, mudah-mudahan Tuhanmu menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai” (QS at-Tahrim: 28) Untuk lebih jelasnya keterangan tentang taubat ini baca buletin Dar el-Iman edisi No. 1 dan 2 yng berjudul Bertaubatlah Wahai Hamba Allah.
Muraqabah
Muraqabah
Hendaklah setiap muslim menjaga sikap dan perbuatannya dihadapan Allah Ta’ala di setiap waktu dalam hidupnya, dan menyadari bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu mengawasi segala tindak-tanduk, serta mengetahui apa yang dirahasiakannya dan yang dinyatakannya itulah yang dimaksud dengan Muraqabah. Orang yang muraqabah jiwanya menjadi yakin dengan pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap dirinya, merasakan dekat ketika mengingat-Nya, mendapatkan ketenangan jiwa tatkala mentaati-Nya, selalu berserah diri kepadaNya. Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman: “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah sedang diapun mengerjakan kebaikan”. (QS. an-Nisa’: 125). Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala mempertegas : “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”. (QS. Yunus: 61)
Muhasabah (Mengoreksi diri)
Muhasabah (Mengoreksi diri)
Seorang muslim didalam melakukan amal kebaikannya yang akan membuahkan hasil yang dijanjikan oleh Allah Ta’ala ibarat seorang saudagar yang melihat kewajiban yang disyari’atkan padanya sebagai modal perniagaannya, dan memandang semua amal-amal yang sunnah sebagai keuntungan yang lebih dari modalnya, lalu memandang dosa-dosa dan maksiat sebagai kerugian yang dideritanya. Kemudian dalam skala waktu tertentu ia duduk seorang diri untuk merenungi semua amal yang telah dilakukannya sehari-hari, maka jika ia mendapatkan kekurangan didalamnya ia mencela dan menjelekkan dirinya, lalu mengerjakan amal yang kurang tersebut, jika termasuk amal yang bisa diqhada’ (diganti/ditebus) maka ia mengqhada’nya, dan jika tidak maka untuk menutupinya ia memperbanyak amalan sunnah, dan jika kekurangan tersebut dalam amalan sunnah, ia segera mengganti amalan tersebut lalu mencukupinya. Dan jika ia melihat kerugian karena telah melakukan pekerjaan yang dilarang, ia mohon ampun dan menyesali lalu mengerjakan amal kebaikan sebagai bentuk perbaikan terhadap kerusakan yang ia lakukan inilah yang dimaksud dengan muhasabah diri, dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dia perbuat untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. al-Hasyr: 18) Didalam astar shahabat yaitu perkataan Umar radhiyallahu ‘anhu : “Evalusilah diri kalian sebelum kalian dievaluasi”.
Mujahadah
Mujahadah
Didalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seorang muslim dihadapkan dengan berbagai macam godaan-godaan dunia, dengan godaan tersebut banyak orang yang terlena dan jatuh ke dalam lembah keburukan, dosa, maksiat, dan memperturutkan syahwat. Oleh karena itu sangat dibutuhkan Mujahadah (kesungguhan) untuk memerangi penyakit-penyakit tersebut dengan beramal shalih, menjauhi kemungkaran. Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik”. (QS. al-Ankabuut: 69)
Penutup
Penutup
Dengan mengenal adab-adab tersebut merupakan suatu jalan bagi seorang muslim untuk menggapai keridhaan Allah Ta’ala. Semua yang telah dijelaskan tersebut tidaklah akan bisa membuahkan hasil melainkan dengan ikhlas dan kesungguhan seorang hamba dan sabar dalam menjalankan syari’at Allah Ta’ala ini. Demikianlah tulisan ini semoga Allah Ta’ala menujuki hati kita untuk menjadi seorang muslim yang beradab dan memudahkan kita dalam mengamalkannya, menjauhkan kita dari adab yang jelek.
0 comments:
Post a Comment