Pages

Friday, November 20, 2009

Ketika Cinta Bertasbih


Khairul Azam seorang mahasiswa Indonesia yang datang jauh dari pelosok desa di Pulau Jawa untuk melanjutkan pengajiannya di Mesir. Tanpa henti berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada keluarganya, menjadi contoh kepada adik-adik perempuannya, dan berusaha menyekolahkan mereka.

Setiap kerja keras akan memberikan hasil dengan keikhlasan hati.

Beliau harus berkorban selepas kematian bapanya, demi menyara kehidupannya dan keluarganya di tanah air. Dengan hanya menjadi penjual bakso dan pembuat tempe, beliau redha dengan ketentuan-Nya. Ternyata bakso pun menjadi sebutan mata-mata hati, bakso yang membekaskan cinta, dibentuk oleh hati suci murni.

Penat melalui mehnah dunia dan fitnah manusia…

Terbukti Khairul Azam, akhirnya berhasil menikahi wanita yang didambakannya selama ini, Anna Athafun-nisa’, selepas diperkenalkan oleh Pak Ali. Wanita yang meniti di fikirannya, butuh hatinya tiada kepalang. Ianya berlaku setelah melalui detik dipinang sahabatnya sendiri, namun pernikahannya terkandas dipertengahan jalan sebelum merasai nikmat ‘malam pertama’, bercantung antara dua insan yang halal, antara pria dan permaisurinya.

Bahkan begitu banyak calon yang hadir di hadapan Kahirul Azam.

Begitulah Allah Taala menetapkan jika sudah menjadi ketetapan dan milik kita, akan tetap menjadi kita. Andai bukan takdirnya, walaupun sekuat mana tenaga sekalipun mempertahankannya, juga tidak akan termiliki.

Indah mawar berduri, suci dari sentuhan tangan-tangan kotor.


… Anna Athafun-nisa’ …

“Cinta adalah kekuatan, yang mampu mengubah duri jadi mawar, mengubah cuka jadi anggur, mengubah malang menjadi untung, mengubah sedih jadi riang, mengubah setan menjadi nabi, mengubah iblis menjadi malaikat, mengubah sakit menjadi sihat, mengubah bakhil menjadi dermawan, mengubah kandang menjadi taman, mengubah penjara jadi istana, mengubah amarah jadi ramah, mengubah musibah jadi muhibah… ITULAH CINTA”

“Meskipun lidah ku telah mampu menghuraikan, namun tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang, sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya, kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta”

“Dalam menghuraikan cinta, akal terbaring tak berdaya bagaikan keldai berbaring dalam lumpur, cinta sendirilah yang mengerah CINTA dan TERCIPTA…”


Monologku: Sedikit sedutan dari filem kegemaran ana

Taken from puteraazhari.blogspot.com

0 comments:

Post a Comment